Gen Z Sering Ganti Pekerjaan, Rata-Rata Hanya Betah 1 Tahun Perusahaan

Dulu, pindah kerja (job hopping) adalah cara tercepat untuk naik gaji dan dapat jabatan lebih tinggi. Tapi sekarang, strategi ini sudah tidak sebaik dulu karena kenaikan gaji mulai melambat. Meski begitu, Gen Z masih sering ganti pekerjaan di awal karir mereka. Ini bukan karena mereka tidak setia.

Rata-rata, Gen Z hanya bertahan 1,1 tahun di pekerjaan pertama mereka dalam lima tahun awal berkarier. Data ini dari penelitian oleh perusahaan rekrutmen Randstad. Sebagai perbandingan, generasi milenial bertahan sekitar 1,8 tahun di pekerjaan pertama, sementara Gen X dan Baby Boomers bisa sampai 3 tahun.

Tapi, alasan Gen Z sering ganti kerja ternyata lebih rumit. Lowongan pekerjaan untuk level pemula turun 29% sejak Januari 2024. Banyak dari mereka juga merasa kurang siap dan tidak didukung dalam dunia kerja.

Bahkan, gaji yang didapat dari pindah kerja sekarang tidak jauh beda. Menurut data dari Bank Sentral Atlanta, perbedaan gaji antara yang pindah kerja dan yang bertahan adalah yang terkecil dalam 10 tahun terakhir—hanya beda 0,2%.

Laporan Randstad menjelaskan, “Masa kerja semakin pendek: pekerja muda sekarang lebih cepat pindah kerja daripada generasi sebelumnya. Perusahaan mungkin menganggap ini sebagai kurang loyalitas, tapi sebenarnya ini karena harapan mereka tidak terpenuhi dan keinginan besar untuk berkembang.”

Gen Z Pindah Kerja Bukan Karena Tidak Setia, Tapi Ingin Berkembang

Gen Z mungkin lebih sering pindah kerja, tapi bukan berarti mereka tidak bekerja dengan baik. Sekitar 68% masih berusaha melakukan yang terbaik di pekerjaannya sekarang. Namun, seperti kebanyakan orang yang baru memulai karir, mereka kurang puas dengan pekerjaan awal dan ingin mencoba hal lain.

Hanya 56% Gen Z yang merasa pekerjaannya sesuai dengan impian mereka, jauh lebih rendah dibandingkan Baby Boomers (63%). Sektor-sektor yang mereka minati, seperti teknologi dan keuangan, justru mengurangi lowongan untuk level pemula. Di sisi lain, sektor kesehatan justru meningkat 13% untuk lowongan junior.

MEMBACA  Jangan Lewatkan Penawaran Terbaik Google Pixel Sepanjang Tahun: Hemat Besar pada Model Terbaru dan Lama

Kondisi pasar kerja yang sulit membuat Gen Z merasa terbebani. Dua dari lima pekerja muda merasa pendidikan mereka tidak cukup untuk mencapai impian, dan 41% kurang percaya diri untuk mencari pekerjaan baru. Tapi, 54% tetap aktif mencari lowongan lain.

Gen Z Itu Ambisius—dan Pasar Kerja yang Sulit Tidak Mengubah Itu

Gen Z memang ingin bekerja di industri yang berkembang pesat seperti TI, kesehatan, dan jasa keuangan. Namun, mereka lulus dan mencari kerja di saat kondisi pasar tenaga kerja tidak pasti.

Banyak pekerjaan tingkat pemula sekarang diambil alih oleh AI. Di sektor teknologi saja, jumlah pekerja Gen Z turun setengah sejak awal 2023. Mereka merasa tidak dihargai dan sulit masuk, jadi mereka pindah kerja demi mencari pekerjaan yang tepat.

Menurut penelitian Randstad, “Gejolak ekonomi, berkurangnya lowongan pemula, dan dampak AI tidak mengurangi keinginan Gen Z untuk maju dalam karir.”

Faktanya, 4 dari 10 Gen Z selalu mempertimbangkan tujuan karir jangka panjang saat memutuskan pindah kerja—lebih dari generasi manapun. Mereka sangat ambisius, meskipun menghadapi tantangan yang tidak dialami generasi sebelumnya.

Daripada menyalahkan Gen Z yang sering pindah kerja, perusahaan seharusnya lebih memahami keinginan mereka untuk berkembang. Kalau tidak, mereka bisa kehilangan talenta muda ini.

“Gen Z bukanlah tantangan yang harus diatasi. Di tengah perubahan dunia kerja karena AI dan ambisi, mereka justru menawarkan pandangan baru tentang masa depan pekerjaan. Untuk perusahaan, pesannya jelas: Gen Z ingin tumbuh dan beradaptasi, tetapi butuh dukungan yang mudah diakses, inklusif, dan sesuai dengan ambisi mereka.”

Fortune Global Forum akan kembali pada 26–27 Oktober 2025 di Riyadh. CEO dan pemimpin global akan berkumpul dalam acara eksklusif untuk membentuk masa depan bisnis. Ajukan permohonan undangan.

MEMBACA  Boeing mengakhiri tahun 2024 yang sulit sebagai pecundang terbesar dalam indeks Dow Jones.