Dapatkan info terbaru gratis
Cukup daftar ke Currencies myFT Digest—langsung dikirim ke emailmu.
Penulis adalah presiden Bank Sentral Eropa
Kita lihat perubahan besar di tatanan global: pasar terbuka dan aturan multilateral retak, bahkan peran dominan dolar AS, pondasi sistem, gak pasti lagi. Proteksionisme, pemikiran zero-sum, dan permainan kekuatan bilateral menggantikan. Ketidakpastian merugikan ekonomi Eropa, yang terintegrasi dalam sistem perdagangan global, dengan 30 juta pekerjaan terancam.
Tapi perubahan ini juga kasih peluang buat Eropa ambil kendali nasibnya dan euro jadi lebih penting. Sekarang, euro adalah mata uang kedua paling dipake, mencakup 20% cadangan devisa global, bandingin sama dolar AS yang 58%.
Naikin status global euro bakal bawa manfaat nyata: biaya pinjam lebih rendah, kurang rentan fluktuasi mata uang, dan terlindung dari sanksi.
Tapi langkah ini gak akan terjadi otomatis: harus diraih. Kayak dulu, kekhawatiran soal mata uang dominan belum bikin pergeseran besar ke alternatif. Malah, terlihat dari permintaan emas yang naik.
Agar euro capai potensinya, Eropa harus perkuat tiga pilar: kredibilitas geopolitik, ketahanan ekonomi, dan integritas hukum & institusi.
Pertama, posisi euro tergantung peran Eropa di perdagangan. UE adalah pedagang terbesar dunia—mitra nomor satu buat 72 negara, hampir 40% PDB global. Ini terlihat dari pake euro sebagai mata uang faktur, sekitar 40%. UE harus manfaatin posisi ini dengan bikin perjanjian dagang baru.
“Hak istimewa” mata uang cadangan internasional ini, seperti disebut Valéry Giscard d’Estaing tahun 1960-an, bawa tanggung jawab. ECB kasih garis swap dan repo ke mitra penting biar kebijakan moneternya lancar.
Tapi kepercayaan nyata butuh fakta. Investor cari wilayah yang jaga aliansi. Jaminan ini bisa naikin pangsa mata uang dalam cadangan devisa sampe 30 poin persen. Eropa sedang bangun kekuatan keras, yang harusnya bantu tingkatkan kepercayaan global ke euro.
Kedua, kekuatan ekonomi adalah tulang punggung mata uang internasional. Penerbit sukses biasanya tawarkan tiga fitur: pertumbuhan kuat, pasar modal dalam & likuid, dan pasokan aset aman yang cukup.
Tapi Eropa hadapi tantangan struktural. Pertumbuhannya masih rendah, pasar modal terfragmentasi, dan pasokan aset aman berkualitas ketinggalan. Perkiraan terbaru nunjukin obligasi sovereign dengan rating AA cuma 50% PDB UE, bandingin AS yang lebih dari 100%.
Biar euro naik statusnya, Eropa harus ambil langkah tegas: selesaikan pasar tunggal, kurangi beban regulasi, dan bangun uni pasar modal kuat. Industri strategis kayak teknologi hijau dan pertahanan harus didukung kebijakan UE terkoordinasi. Pembiayaan bareng barang publik, kayak pertahanan, bisa ciptakan lebih banyak aset aman.
Ketiga, kepercayaan investor ke mata uang tergantung kekuatan institusi pendukungnya. Memang, EU gak gampang dipahami dari luar. Tapi pengambilan keputusan terstruktur dan inklusifnya jamin keseimbangan, stabilitas, dan kepastian kebijakan. Penghargaan terhadap hukum dan independensi institusi kunci kayak ECB adalah keunggulan komparatif yang harus dimanfaatkan.
Untuk lebih menonjolkan keunggulan ini, kita harus reformasi struktur institusi Eropa. Hak veto tunggal gak boleh halangi kepentingan 26 negara anggota lainnya. Lebih banyak voting mayoritas di area kritis akan bikin Eropa bicara satu suara.
Sejarah nunjukin rezim terlihat abadi—sampai gak lagi. Pergeseran dominasi mata uang global pernah terjadi. Momen perubahan ini adalah kesempatan buat Eropa: saatnya “euro global”. Untuk ambil kesempatan ini dan tingkatkan peran euro di sistem moneter internasional, kita harus bertindak tegas sebagai Eropa bersatu yang ambil kendali nasibnya sendiri.