Era Listrik Telah Tiba, Namun Tantangan Minyak Masih Membayang

Laporan World Energy Outlook 2025 dari International Energy Agency (IEA) mengatakan, permintaan global untuk minyak dan batubara diperkirakan akan mencapai puncaknya sekitar tahun 2030. Ini adalah titik balik penting untuk energi dunia.

Tapi, IEA juga punya skenario lain yang disebut "Current Policies Scenario" atau CPS. Dalam skenario ini, konsumsi bahan bakar fosil justru naik 13% pada tahun 2050. Hal ini bisa terjadi jika adopsi mobil listrik lebih lambat dan negara-negara tidak menepati janji mereka untuk mengurangi bahan bakar fosil. Direktur IEA Fatih Birol bilang skenario CPS diperlukan karena banyak ketidakpastian di politik dan ekonomi global.

Apa yang membuat bahan bakar fosil berkurang?
Ada tiga tren utama:

  1. Teknologi bersih seperti energi surya dan angin berkembang sangat cepat.
  2. Efisiensi energi yang lebih baik, jadi kita bisa melakukan lebih banyak hal dengan energi yang lebih sedikit.
  3. Perubahan struktural di ekonomi China, yang sekarang fokus ke jasa dan manufaktur teknologi tinggi, bukan industri yang boros energi.

    Karena itu, permintaan minyak diperkirakan capai puncaknya tahun 2030, lalu mulai turun perlahan. Puncak permintaan batubara bahkan datang lebih cepat.

    Mengapa ini terjadi?
    Alasan utama adalah elektrifikasi transportasi. Penjualan mobil listrik (EV) diproyeksikan naik drastis, dari 20% sekarang jadi lebih dari 50% pada 2035. Ini akan mengurangi permintaan minyak sekitar 10 juta barel per hari pada 2035. Sementara itu, permintaan batubara untuk pembangkit listrik juga akan turun, terutama karena China dan India banyak membangun energi terbarukan.

    Berbeda dengan minyak dan batubara, permintaan gas alam justru terus tumbuh sampai 2035, didukung oleh pasokan LNG (gas alam cair) yang melimpah, terutama dari Amerika Serikat dan Qatar.

    Zaman Listrik
    IEA menyebut kita sedang memasuki "Zaman Listrik". Permintaan listrik tumbuh empat kali lebih cepat daripada permintaan energi keseluruhan. Investasi di sektor listrik dan elektrifikasi sekarang sudah mencapai setengah dari total investasi energi global. Energi terbarukan diperkirakan akan memenuhi sebagian besar dari permintaan listrik yang melonjak ini.

    Peringatan untuk Iklim
    Meski permintaan fosil diperkirakan memuncak, IEA memperingatkan bahwa kebijakan pemerintah saat ini tidak cukup untuk mencapai target iklim global. Emisi karbon dioksida hanya akan turun sedikit, yang bisa menyebabkan kenaikan suhu global sekitar 2,5°C pada tahun 2100.

MEMBACA  iPhone Lipat Mungkin Tiba pada Tahun 2026, Jika Para Peretas Setuju