Elon Musk dan Sebagian Demokrat Seperti Reid Hoffman Memiliki Kesamaan Pandangan tentang Utang AS

Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, khawatir tentang utang AS yg menyebabkan dia putus hubungan dengan Partai Republikan. Beberapa tokoh Partai Demokrat juga setuju dengan kekhawatirannya.

Minggu lalu, dia umumkan bakal bentuk partai politik baru setelah berselisih dgn Presiden Donald Trump soal RUU besar yg bisa nambah utang triliunan dolar.

“Kalau urusan bangkrutin negara dengan pemborosan & korupsi, kita hidup dalam sistem satu partai, bukan demokrasi,” tulis Musk di X. “Hari ini, Partai Amerika dibentuk untuk kembalikan kebebasan kamu.”

Dia juga pernah bilang RUU pajak dan pengeluaran bisa bikin “perbudakan utang” dan kritik perlakuan terhadap kredit pajak mobil listrik & energi surya dibanding insentif minyak & gas.

Reid Hoffman, pendiri LinkedIn dan donatur Demokrat, bilang dia “sangat simpati” dengan tujuan Musk mengendalikan defisit. Tapi dia ragu Partai Amerika bisa sukses karena sejarah partai ketiga selalu gagal.

Jared Bernstein, mantan penasihat ekonomi Biden, juga ubah pandangannya soal utang AS. Dia tadinya anggap penghematan fiskal lebih banyak mudarat, tapi sekarang bilang situasi udah lebih berbahaya.

Larry Summers, mantan Menteri Keuangan AS, bilang defisit skrg sangat parah dan bisa bikin masalah besar. Dia akui dulu tidak prioritaskan pengurangan defisit, tapi skrg situasi beda.

Walau Musk dan beberapa Demokrat sepakat soal bahaya utang, solusi mereka beda. Musk mau potong pengeluaran pemerintah, sementara Summers bilang perlu naikin pajak.

Sam Altman, CEO OpenAI, bilang dia sekarang “kehilangan arah politik” dan percaya pada “teknokapitalisme”—mendorong orang dapat untung besar tapi juga bagi kekayaan secara merata.

MEMBACA  Pencipta Google Meet: Dari Budaya dan Bahasa Menuju Masa Depan Teknologi