Di Balik Program MBA di Mahasiswa Pecahkan Masalah Nyata untuk Perusahaan Fortune 500 — Sebelum Lulus

Diana Jones dari Drexel LeBow tentang pendekatan sekolah bisnis dalam pembelajaran eksperiensial: "Ini bukan cuma menerapkan konsep. Ini tentang bertanya lebih baik, mengubah tantangan, membuat model skenario, lalu menyampaikan ide dengan jelas ke pengambil keputusan."

Pembelajaran eksperiensial berbeda di tiap sekolah bisnis. Untuk beberapa, itu artinya simulasi dan studi kasus. Di Drexel University’s LeBow College of Business, artinya lain: mahasiswa bekerja langsung dengan perusahaan besar — seperti Deloitte, Comcast, dan Vanguard — untuk menyelesaikan masalah nyata di konsultasi, analitik, dan AI. Dan seringnya, sebelum mereka dapat tawaran kerja pertama.

Pusat pendekatan LeBow adalah Dornsife Office for Experiential Learning, dipimpin Direktur Eksekutif Diana Jones dan Dekan Senior Murugan Anandarajan. Kantor ini mengawasi berbagai program praktis — dari kamp bisnis untuk siswa SMP-SMA hingga proyek konsultasi MBA dengan perusahaan Fortune 500.

Tujuannya sama di semua tingkat: masukkan mahasiswa ke lingkungan bisnis nyata di mana mereka bisa langsung menerapkan ilmu. "Mahasiswa kami tidak cuma lakukan simulasi atau studi kasus," kata Anandarajan ke Poets&Quants. "Mereka selesaikan masalah nyata, dengan klien nyata, tenggat nyata, dan risiko nyata."

KONSULTASI DENGAN TUJUAN

Setiap mahasiswa LeBow dapat proyek konsultasi bisnis khusus — bukan teori di kelas, tapi kerja sama terstruktur dengan perusahaan sungguhan. Mitranya beragam, dari perusahaan ternama seperti PwC dan Deloitte hingga startup lokal. Prosesnya ketat dan dirancang untuk mencerminkan kompleksitas bisnis sebenarnya.

"Bukan cuma menerapkan konsep," kata Jones. "Ini tentang bertanya lebih baik, melihat tantangan dari sudut lain, membuat model, lalu menyampaikan ide ke pemimpin."

Untuk mahasiswa, ini lebih dari sekadar pengalaman di CV. Banyak yang langsung dapat kerja magang atau penuh waktu. Untuk mitra perusahaan, ini memberi perspektif segar — dan seringkali, nilai tak terduga.

MEMBACA  Joe Biden memperingatkan Benjamin Netanyahu bahwa serangan terhadap Rafah akan menjadi 'kesalahan'

PROGRAM LAURIE: KEPEMIMPINAN TERPADU

Jika proyek konsultasi memberi rasa bisnis nyata, Program Laurie mempercepat perkembangan kepemimpinan. Terbuka untuk sedikit mahasiswa MBA tiap tahun, program ini menawarkan perjalanan terpadu selama setahun dalam strategi, budaya, keuangan, dan operasi, diakhiri dengan proyek akhir dibimbing mentor.

"Keindahannya adalah integrasi," kata Anandarajan. "Di kebanyakan MBA, strategi diajarkan terpisah dari kepemimpinan. Tapi di dunia nyata, ini saling terkait. Model Laurie mencerminkan itu."

Mahasiswa tak cuma atasi tantangan perusahaan — mereka sering buat tantangan sendiri, bawa pengalaman kerja atau temukan area yang mereka pedulikan. Mereka dibimbing eksekutif senior, banyak yang alumni atau mitra dari jaringan donor Mike Laurie. Setiap kelompok presentasi ke panel eksekutif — bukan presentasi biasa, tapi ujian ketat untuk pemikiran kritis dan komunikasi.

"Kamu datang sebagai dirimu," kata Jones. "Dan sepuluh minggu kemudian, pulang sebagai dirimu yang lebih baik."

AI BUKAN TERPISAH

Di saat AI mengubah industri lebih cepat dari update silabus, LeBow justru memanfaatkannya. Melalui Pusat Terapan AI dan Analitik Bisnis, mahasiswa belajar bekerja di persimpangan teknologi dan strategi — bukan dengan menguasai matematika AI, tapi dengan memahami implikasinya dan menerapkannya di bisnis.

"Kami tak mau mahasiswa hanya menghafal," kata Anandarajan. "Definisi bisa didapat dari ChatGPT. Perusahaan butuh orang yang bisa berpikir kritis, interpretasi hasil, dan ubah teknologi jadi nilai."

Proyek akhir sengaja lintas fungsi. Contohnya, mahasiswa bantu perusahaan farmasi ekstrak insight dari ribuan penelitian pakai AI. Di kasus lain, mahasiswa pakai data real-time dan AI generatif untuk eksplorasi keputusan di logistik kereta api. Fokusnya selalu pada interpretasi data, bukan cuma menghasilkan data.

MEMBACA  Wordle hari ini: Jawaban dan petunjuk untuk 21 September

MEMBANGUN PENERJEMAH MASA DEPAN

Penekanan LeBow pada "kolaborasi manusia-AI" terlihat di desain kuliah. Satu kelas interdisipliner tentang kecerdasan keputusan diajar tiga ahli — satu fokus data, satu machine learning, dan satu faktor manusia — semua dipandu dosen yang menyatukan semuanya.

"Kami tak cuma bangun ilmuwan data," kata Anandarajan. "Kami bangun penerjemah — profesional yang bisa bicara bahasa bisnis dan teknologi."

Ketika kurikulum tak bisa mengikuti perubahan, LeBow pakai alternatif lincah: workshop, topik khusus, dan program tambahan respons cepat. Kelas tentang augmentasi manusia-AI, awalnya percobaan, sekarang sudah tiga kali diperbarui berdasarkan masukan mahasiswa dan perkembangan dunia.

"Kami tak bertahan dengan materi 15 tahun lalu," tambah Anandarajan. "Kami lihat ke depan, eksperimen, dan bawa riset ke kelas agar tetap relevan."

KEPEMIMPINAN DI DUNIA GLOBAL YANG TAK PASTI

Selain analitik dan AI, LeBow tetap fokus pada dimensi manusia dan global bisnis. Program residensi internasional siapkan mahasiswa hadapi dinamika lintas budaya, sementara pelatihan kepemimpinan tekankan adaptabilitas, kecerdasan emosional, dan komunikasi — yang Jones sebut "kemudi manusia."

"Siapa pun bisa bangun kapal," katanya. "Kami ingin mahasiswa belajar mengemudikannya."

Ketika ditanya kelas apa yang ingin segera ditambah, Jones tak ragu: "Kelas fokus penuh pada keterampilan manusia — komunikasi interpersonal, fleksibilitas kognitif, empati. Itulah perekatnya."

‘JANGAN DATANG UNTUK JAWABAN’

Bagi Jones dan Anandarajan, nilai MBA LeBow adalah pola pikir dan konten.

"Jangan datang untuk jawaban," kata Jones. "Datang untuk bantu bentuk masa depan — kerja sama dengan perusahaan yang juga sedang mencari solusi. Masa depan bisnis sedang ditulis sekarang. Kami ingin kamu ada di sana."

"Dan jika ingin ganti karir," tambah Anandarajan, "kami tahu apa yang dibutuhkan perusahaan. Kami masukkan itu ke segalanya — dari survei tahunan hingga desain tugas."

MEMBACA  Hati-hati dengan Nvidia dan 'tari indeks' S&P 500, kata manajer dana ini yang mengalahkan pasar.

Di tengah ketidakpastian — teknologi, geopolitik, lingkungan — LeBow melihat peluang.

"Ketidakpastian adalah saat terbaik untuk memimpin," kata Anandarajan. "Di sinilah kamu buat model, bukan hafal model. Dan itulah mahasiswa yang kami latih: bukan cuma pembelajar, tapi penemu."