Selamat pagi. “Bahkan pekerjaan CEO bisa digantikan oleh AI.”
Itu pesan WhatsApp yang dikirim dewan DBS Group ke Tan Su Shan saat mereka menunjuknya sebagai CEO bank terbesar dan paling menguntungkan di Asia Tenggara. Tan berbagi momen itu minggu lalu di konferensi Brainstorm AI Singapore Fortune — reaksinya seperti tantangan buat audiens: “Kalau CEO bisa diganti, semua juga bisa.”
Gabungan antara semangat dan ancaman ini jadi bahan diskusi selama dua hari oleh lebih dari 70 pemimpin dari hampir 20 negara.
Menteri digital Singapura Josephine Teo jelaskan strategi AI negaranya yang mencari jalan tengah antara AS dan China, serta bagaimana negara kecil ini atur kebijakan di antara raksasa data. Di panel lain, eksekutif tiga operator data center Asia bahas ledakan data center di Malaysia dan prospek pemenuhan kebutuhan energi. Analis kebijakan AS juga bahas persaingan AI AS-China dan rencana AI baru Trump. Seniman digital Refik Anadol pukau hadirin dengan karya berbasis AI yang campur data dan mimpi.
Panel lain bahas pertanyaan sulit: Apakah AI hapus pekerjaan entry-level? Bisakah AI adaptasi dengan bahasa dan budaya lokal? Akankah AI kurangi atau perlebar ketimpangan global? Pemimpin dari Google, Microsoft, OpenAI, dan lainnya jawab dengan blak-blakan.
Saya pulang dari Singapura kagum dengan kecepatan perubahan AI — tapi juga sadar betapa banyak tergantung pada kepemimpinan. Nasehat Tan buat karyawan DBS, dan mungkin semua eksekutif, ada empat R: berinovasi, tetap relevan, tahan banting, dan bertanggung jawab.
Hubungi CEO Daily via Diane Brady di [email protected]