Buka Editor’s Digest Gratis
Roula Khalaf, Editor FT, memilih cerita favoritnya di buletin mingguan ini.
Serangan-serangan Israel ke fasilitas minyak dan gas Iran mengancam kekacauan lebih besar buat pasar, karena kekhawatiran bakal eskalasi di wilayah yang punya setengah cadangan minyak dunia.
Apa yang kena serang?
Sabtu lalu, Israel serang dua pabrik pengolahan gas di pantai selatan Iran yang ngolah gas dari South Pars, ladang gas terbesar di dunia.
South Pars membentang hampir 4.000 mil persegi di bawah Teluk Persia sampai Qatar, di sana disebut North Field.
Salah satu platform lepas pantainya berhenti produksi setelah serangan, tapi kata laporan nggak terpengaruh. Fasilitas ini ngambil gas dari ladang lalu mengubahnya jadi metana buat pemakaian dalam negeri, plus LPG dan etana buat pabrik petrokimia.
Israel juga serang depot bahan bakar Shahran di kawasan kelas menengah Tehran utara, serta tangki penyimpanan di Shahr Rey di selatan kota.
Badan berita Shana bilang situasi di South Pars dan depot minyak Tehran "sepenuhnya terkendali". Mereka tambahin level bahan bakar di fasilitas Tehran "rendah" saat serangan terjadi.
Mereka kutip juru bicara pemadam kebakaran Tehran yang bilang api di Shahran bukan dari ledakan bensin tapi turunan minyak lain yang nggak disebutin namanya.
Pejabat pabrik petrokimia Shahid Tondguyan dan kilang minyak Tabriz sama-sama bantah kalo mereka diserang.
Apa dampaknya?
Serangan-serangan ini nunjukin Israel mencoba melemahkan rantai pasok gas dan bahan bakar domestik Iran buat bikin kelangkaan, ketimbang langsung serang produksi atau ekspor minyak-gas Iran yang bakal guncang pasar.
Kilang terbesar Iran ada di Abadan, dekat perbatasan Irak di mulut Teluk Persia, yang bisa ngolah 500.000 barel minyak mentah per hari.
Implikasi buat pasar energi?
Meski ekspor minyak Iran belum terdampak, eskalasi konflik ke infrastruktur energi bisa bikin investor khawatir. Kekhawatirannya adalah Iran mungkin balas dendam dengan serang target energi di negara Teluk lain kayak Arab Saudi atau UAE, atau ganggu aliran minyak-gas lewat Selat Hormuz—jalur sempit pemisah Iran dari negara-negara Teluk yang dilalui sepertiga minyak dunia.
Pasar minyak tutup di akhir pekan dan buka lagi Senin pagi di Asia.
Bagaimana Iran mungkin balas dendam?
Infrastruktur energi Israel sendiri rentan. Minggu lalu, Bazan, operator salah satu kilang minyak terbesar Israel di Haifa, bilang pipa dan jalur transmisi ke kompleks di kota pelabuhan utara itu rusak karena serangan misil Iran.
Mereka bilang kilang masih operasi tapi beberapa "fasilitas hilir di kompleks udah ditutup". Nggak ada korban jiwa. Harga saham Bazan turun 1,3% di perdagangan Minggu pagi.
Israel juga tutup ladang gas Karish dan Leviathan sebagai langkah pencegahan, meski ladang gas lain masih beroperasi. Jaringan listrik negara ini nggak terhubung ke tetangga dan Israel andalkan gas alam buat sekitar 70% pembangkit listriknya.
Sementara itu, Iran udah berkali-kali ancam bakal tutup Selat Hormuz. Kebanyakan analis anggap ini sangat kecil kemungkinannya, karena bakal bikin semua negara di wilayah itu—plus Cina, pembeli minyak terbesar Iran—marah.
Sejauh ini belum ada tanda-tanda gangguan, tapi Iran bisa mulai targetin kapal-kapal spesifik yang lewat selat. April 2024 lalu, komando Iran naik dan sita MSC Aries, kapal kontainer yang mereka klaim terkait Israel.
(Catatan: Ada beberapa kesalahan kecil seperti "berhenti" jadi "berhenti", "ngambil" sebagai bahasa informal, dan struktur kalimat yang disederhanakan sesuai level B1.)