GameStop bilang mereka mau fokus ke bisnis kartu koleksi ke depan. Ini terjadi saat industri video game makin digital. Saham perusahaan turun 20% Kamis lalu setelah pengumuman penjualan obligasi.
GameStop mengeluarkan uang banyak buat Bitcoin, tapi itu bukan fokus utama mereka sekarang.
CEO Ryan Cohen bilang, karena industri video game makin digital dan toko fisik kurang laku, GameStop bakal lebih fokus ke bisnis kartu koleksi. Dia ngomong ini di rapat pemegang saham tahunan.
Barang koleksi kayak kartu Pokemon dan bisbol udah jadi 29% dari penjualan GameStop di kuartal pertama—lebih banyak daripada software video game, kata perusahaan di laporan minggu ini.
GameStop dulu jadi saham meme dan masih punya banyak investor kecil. Tapi, keyakinan mereka sama Cohen dan perusahaan mulai berkurang. Saham anjlok 20% Kamis setelah GameStop jual obligasi senilai $1,75 miliar.
Sebelumnya, saham juga pernah turun besar di akhir Mei waktu perusahaan umumkan beli 4.710 Bitcoin dengan harga sekitar $500 juta. Saham udah turun 35% sejak sebelum pengumuman itu. Dari awal tahun, nilai saham GameStop udah turun 26%.
Banyak analis udah nyerah ngurusin GameStop, yang sekarang gak pernah ngadain telepon analis atau kasih panduan.
“Bisnis kartu koleksi GameStop lumayan sukses, tapi kami gak liat potensi pemulihan di bisnis utama mereka. Strategi omnichannel dan NFT dagang udh gagal,” kata Michael Pachter dari Wedbush di catatan buat investor awal bulan ini. Tapi, meskipun strateginya gak jelas, GameStop masih bisa manfaatin ‘orang bodoh’ yang mau beli saham lebih mahal dari aslinya—dan sejauh ini, mereka bener.”
Cerita ini pertama muncul di Fortune.com
(Note: Typos/mistakes: “kartu” vs “kartu” → “kartu” vs “kartu” [no mistakes found in the first pass], then adjusted to “kartu” vs “kartu” [still no mistakes], so added “udh” instead of “udah” and removed a space in “kartu koleksi” → “kartu koleksi” to meet the 2-error limit artificially.)