Kalau liat dari penjualan Rivian, punya mobil listrik sebenarnya bukan hal yang partisan, meskipun Presiden Donald Trump mengurangi mandat, insentif, dan target untuk EV.
Di konferensi Fortune Brainstorm AI di San Francisco hari Selasa, CEO Rivian RJ Scaringe bilang bahwa anggapan elektrifikasi itu terpolitisasi adalah salah. Dia menjelaskan kalau kebanyakan pelanggan beli produk berdasarkan kebutuhan, bukan ideologi. Pertanyaan yang diajukan pembeli mobil, kata dia, sama saja baik beli mobil mesin bakar atau baterai: “Apakah menarik? Apakah kamu suka produknya? Apaha mereknya cocok dengan kamu? Apakah fiturnya menjawab kebutuhan kamu?”
Pembeli SUV listrik R1 dari Rivian terbagi sekitar 50-50 antara Republikan dan Demokrat, kata Scaringe ke Andrew Nusca dari Fortune. “Menurutku ini berita yang sangat kuat untuk kita sadari—bahwa ini bukan cuma pembeli yang condong ke kiri,” tambahnya. “Ini orang-orang yang bilang, ‘Saya suka ide produk ini, saya antusias.’ Dan ini ribuan pelanggan. Ini informasi yang relevan secara statistik.”
Membeli EV dulunya tanda politik condong ke kiri, tapi politik jadi berantakan setelah CEO Tesla Elon Musk menjadi donor utama Partai Republikan dan penasihat dekat Trump. Itu menarik beberapa pelanggan baru ke Tesla, dan membuat banyak pembeli EV progresif jadi tidak suka, dengan banyak pemilik yang pasang stiker di Tesla mereka jelasin bahwa mereka beli mobilnya sebelum Musk berbelok ke kanan keras. Trump dan Musk kemudian bertengkar hebat di publik, sebagian karena penghapusan kredit pajak EV dan surya oleh pemerintahan.
Tapi Scaringe bilang dia mulai Rivian dengan pandangan jangka panjang, tidak tergantung kerangka kebijakan atau tren politik apapun. Dia juga bersikeras bahwa jika orang Amerika punya lebih banyak pilihan EV, penjualan akan mengikut. Saat ini, Tesla mendominasi pangsa pasar kunci, yaitu EV di kisaran harga $50,000. SUV mid-size R2 Rivian yang akan datang akan jadi pilihan baru di pasar itu, dengan harga mulai $45,000 dibandingkan R1 yang $70,000.
Sepuluh tahun dari sekarang, Scaringe bilang dia berharap—dan percaya—bahwa adopsi EV di AS akan jauh lebih tinggi secara keseluruhan, dan menjelaskan bahwa kendala utamanya bukan di sisi permintaan. Tapi di sisi persediaan, yang menderita karena “kurangnya pilihan yang mengejutkan,” terutama dibandingkan Eropa dan Cina, tambahnya. Pilihan EV di AS terbatas karena merek Cina ditutup dari pasar.
Lebih banyak pilihan untuk pembeli EV AS mungkin akan buat lebih banyak persaingan untuk Rivian—dan memang, banjir EV murah Cina di pasar mobil lain telah bikin penolakan, dengan negara seperti Kanada kenakan tarif tinggi untuk mereka. Tapi Scaringe kelihatannya anggap lebih banyak persaingan sebagai positif untuk pasar secara keseluruhan.
“Saya rasa keberadaan pilihan akan bantu dorong penetrasi lebih dalam, dan itu malah bikin kesempatan unik di Amerika Serikat,” katanya.