Amit Walia adalah CEO Informatica, yang baru saja dibeli oleh Salesforce senilai $8 miliar.
Ada banyak debat tentang dampak AI di tempat kerja, mulai dari kekhawatiran “kiamat pekerjaan” sampai ide minggu kerja lebih pendek. Masih terlalu dini untuk tahu hasilnya, tapi satu hal pasti: AI akan membuat semua orang perlu belajar keterampilan baru—dengan cepat.
Pelatihan ulang, peningkatan skill, dan pengembangan profesional yang sadar AI jadi hal biasa di banyak pekerjaan, dari level junior sampai eksekutif. Sebenarnya ini bukan hal baru, karena pekerja sudah sering alami perubahan karir seperti ini. Contohnya, 100 tahun lalu operator telepon beralih ke layanan direktori dan customer service saat teknologi baru muncul.
Yang beda sekarang adalah kecepatan perubahan AI yang sangat cepat dan rasanya kali ini taruhannya lebih tinggi. Jadi, jangan kaget—siapkan diri.
### Asah sisi teknologimu
Langkah awal yang bagus adalah mencoba alat AI seperti ChatGPT, Gemini, atau Claude. Saya sendiri sudah coba buat gambar dari teks dan pakai AI sebagai pelatih pribadi. Setelah menguasai dasar-dasarnya, langkah ke AI yang lebih kompleks akan terasa lebih mudah.
Coba juga prediksi bagaimana AI akan pengaruhi bidangmu. Desain dan pembuatan konten sudah banyak berubah karena AI. Dukungan pelanggan, manufaktur, layanan keuangan, dan kesehatan juga terdampak. Semakin cepat kita antisipasi, semakin baik persiapan kita.
Lulusan baru mungkin merasa khawatir karena pasar kerja berubah cepat. Solusinya? Terus belajar. Generasi Z yang sudah akrab teknologi bisa manfaatkan AI lebih dulu untuk dapat keunggulan.
Tantangan AI tidak hanya untuk pekerja pemula. Menurut PwC, keterampilan untuk pekerjaan yang terpapar AI berubah 66% lebih cepat. Bahkan pekerja berpengalaman perlu tingkatkan pemahaman AI. Kabar baiknya? Pekerjaan berbasis AI bayarnya lebih tinggi.
### Belajar sedikit-sedikit
Bagaimana tetap relevan di era AI? Jangan remehkan kemampuan analitis. Menurut Harvard, keterampilan penting termasuk pemahaman data, literasi AI, pemecahan masalah kompleks, dan berpikir kritis.
Sertifikasi AI bisa membantu, tapi tidak semua orang punya waktu atau uang. Harvard menyarankan belajar mandiri lewat kursus online, proyek, atau konten singkat di sela-sela kerja.
Di Informatica, kami bantu karyawan kuasai AI dengan cepat. Tim IT kami buat kelas literasi AI yang banyak diikuti. Sekarang istilah seperti LangChain, RAG, dan vektor lebih dipahami di semua departemen.
Kami juga buat Pusat Unggulan AI untuk berbagi praktik terbaik dan pastikan masalah hukum, privasi, dan keamanan jadi prioritas.
### Keterampilan manusia tetap penting
Pengalaman ini menunjukkan bahwa belajar AI paling efektif jika karyawan aktif, didukung budaya perusahaan yang mendukung pengembangan karir.
Perubahan ini harus dimulai sekarang. LinkedIn menemukan bahwa 70% keterampilan di sebagian besar pekerjaan akan berubah karena AI pada 2030.
Tapi kita tidak perlu gelar lanjutan di AI. LinkedIn juga temukan bahwa “keterampilan manusia” seperti rasa ingin tahu, kreativitas, komunikasi, dan keberanian justru paling penting di tempat kerja.
Ini kabar bagus karena masa depan kerja akan gabungkan keterampilan manusia dan AI. Jadi, selain meningkatkan kemampuan AI, kita juga harus bawa versi terbaik diri kita setiap hari.
Pendapat di artikel ini adalah pandangan penulis dan tidak selalu mewakili Fortune.
Baca selengkapnya: