CEO Cloudflare: Google Menyalahgunakan Monopoli Pencarian untuk Kecerdasan Buatannya

Bos Cloudflare, Matthew Prince, ngomong di Web Summit di Lisbon. Dia bilang Google lagi nyalahin posisi monopolinya di pencarian. Mereka ambil konten dari web buat AI mereka, tapi nggak bayar ke website yang punya konten itu.

Dia minta para pemimpin di Alphabet, perusahaan induk Google, supaya bayar ke penerbit website untuk konten yang dipakai latih model AI besar mereka.

Waktu ditanya soal pendapat Prince, Google jawab ke Fortune bahwa traffic rujukan mereka tetap stabil dari tahun ke tahun. Mereka fokus kasih klik yang berkualitas tinggi. Google juga bilang situs bisa pilih untuk nggak di-crawl AI tanpa pengaruh traffic atau iklan mereka.

Cloudflare itu nyediain layanan backend untuk web, kayak jaringan pengiriman konten, keamanan siber, dan mitigasi serangan DoS. “80% perusahaan AI terdepan adalah pelanggan Cloudflare,” kata Prince.

Lalu dia bahas Google, yang punya 90% pangsa pasar pencarian.

“Google dulu adalah pelangan besar internet selama 27 tahun. Tapi sekarang, Google juga jadi penjahatnya,” ujar Prince. Dulu, untuk setiap dua halaman yang Google crawl buat mesin pencarinya, mereka kirim satu pengunjung ke situs-situs itu. Tapi sekarang, katanya, Google cuma kirim satu pengunjung untuk setiap 20 halaman yang di-scan.

“Apa yang berubah? Mereka taruh ringkasan AI di atas hasil pencarian. Kamu nggak perlu klik apa-apa untuk dapet jawaban. Kamu nggak pergi ke konten itu.”

“Dan itu berita baiknya,” lanjutnya. “Berita buruknya adalah, kalo liat perusahaan kayak OpenAI, yang kasih alat-alat hebat, mereka perlu 1.500 scrape untuk satu kunjungan. Anthropic butuh 40.000 scrape untuk satu pengunjung. Masalahnya, kalo alat AI baru ini nggak ngasih traffic, maka model bisnis dasar internet bisa rusak. Tentunya untuk pembuat konten media, tapi bahkan untuk bisnis kecil dan merek juga.”

MEMBACA  Layanan Akuntansi Truk Terbaik

Prince bilang, para pemimpin di Google sebenarnya udah bilang ke dia bahwa mereka harusnya bayar untuk konten. Semua perusahaan AI besar juga bilang hal yang sama. “Mereka semua bilang kami harus bayar untuk konten ini. Kami harus kasih sesuatu kembali ke ekosistem.”

“Kami sering ngobrol [dengan Google] dan mereka bilang, ‘kami paham’. Banyak orang di Google yang ngerti itu. Mereka percaya sama internet. Mereka percaya sama ekosistem. Mereka percaya harus mendukungnya, tapi mereka juga terjebak dengan model bisnis lama, sambil di saingi sama model bisnis baru” dari platform AI besar.

Dan karena Google nolak bayar, perusahaan lain juga jadi enggan untuk bayar, katanya. “Saya khawatir, susah bilang ke OpenAI atau Anthropic bahwa mereka harus bayar untuk sesuatu, tapi Google dapetinnya gratis. Itu nggak adil.”

Masalahnya tambah parah karena kalo sebuah website mau bilang ke Google supaya nggak ambil kontennya untuk AI Gemini, situs itu bisa saja turun peringkatnya di pencarian Google juga, karena perintahnya sama untuk kedua hal itu, menurut Prince.

“Nggak cuma hilang dari pencarian, tapi karena Google ngelola banyak infrastruktur iklan, kalo kamu matiin bot AI mereka, iklan kamu bisa berhenti bekerja dalam beberapa kasus. Itu gila, kan?” kata Prince.

Memang ada perdebatan di industri SEO soal ini benar atau nggak. Google nawarin perintah “Google Extended” yang bisa memblokir crawler AI dan “tidak mempengaruhi situs di Pencarian Google” atau peringkatnya. Tapi, beberapa orang percaya bahwa makin sedikit Google tau tentang suatu situs, makin kecil kemungkinan mereka pake situs itu sebagai referensi.

Waktu ditanya apa ini penyalahgunaan monopoli, Prince jawab, “Benar sekali. Dan alasan kita nggak bahas ini karena nggak ada yang liat apa yang terjadi di balik layar.”

MEMBACA  Dolar Menguat Menjelang Laporan CPI AS

“Google pake posisi dominan mereka di pencarian buat masuk ke AI.”