Versi asli cerita ini muncul di TKer.co.
Apakah AI akan jadi bubble seperti yang kita alami 25 tahun lalu dengan boom-nya Internet?
Penulis finansial Phil Rosen nanya pendapat saya di acaranya, "Full Signal."
Saya pikir kita harus optimis tentang masa depan, tapi juga waspada dengan bagaimana semuanya akan berjalan nanti.
Setiap kali ada terobosan inovasi dan teknologi yang mengubah segalanya, kegembiraan atas peluang pasti akan bikin terlalu banyak investasi.
Seperti yang sudah saya tulis dua tahun terakhir, saya rasa potensi AI sangat besar. Di berbagai industri, perusahaan sudah nemuin cara buat pake AI supaya kerja lebih cepat dan seringkali lebih murah. Ini tawaran dasar dari teknologi yang ningkatin produktivitas: dia ngematin waktu dan/atau uang.
Orang pasti mau bayar buat ngematin waktu dan uang. Dan pelajaran ekonomi dasar ngajarin, di mana ada permintaan, di situ akan ada penawaran.
Dan penawaran itu dateng dengan jumlah investasi yang sangat besar, dengan gunungan uang tunai yang danai capital expenditure, banyak modal ventura yang masuk ke startup baru, dan banyak tabungan yang dialihkan ke perusahaan publik yang majuin teknologi AI.
Banyak dari investasi itu yang akan untung. Dan banyak juga yang akan gagal.
Perilaku ini bukan hal baru. Ini mirip sama terobosan teknologi di masa lalu.
Di rapat tahunan Berkshire Hathaway 2021, Warren Buffett kasih komentar tentang boom mobil di awal 1900-an.
"Itu mengubah negara," katanya. "Ada setidaknya 2,000 perusahaan yang masuk bisnis mobil karena jelas punya masa depan yang luar biasa. Dan tentu saja, kamu ingat bahwa di 2009, cuma tinggal tiga yang tersisa."
Dulu ada banyak banget perusahaan mobil, sampai-sampai setidaknya 40 dari mereka namanya mulai dengan huruf "Ma." (Sumber: Yahoo Finance)
Contoh lain industri yang dulu sangat panas adalah transportasi kereta api.
Kita sering ngomongin betapa besarnya sektor teknologi sebagai bagian dari pasar saham, disamain sama bubble dot-com. Tapi itu gak bisa dibandingin sama kereta api seratus tahun lalu.
"Pasar di awal abad 20 didominasi perusahaan rel, yang menyumbang 63% nilai pasar saham AS dan hampir 50% di Inggris," tulis analis UBS.
Rel kereta pernah mendominasi pasar saham. (Sumber: UBS)
Saya gak tau banyak tentang tahun 1800-an. Tapi, saya paham bahwa ada ratusan perusahaan kereta api yang didanai sama mereka yang pengen dapet untung dari pembangunan infrastruktur logistik negara. Dan kebangkitan industri itu juga dibarengi krisis finansial.
Kereta api dan mobil terus memenuhi janjinya buat ngematin waktu dan uang kita. Tapi kita gak akan punya apa yang kita punya hari ini tanpa terlalu banyak investasi dan beberapa kali kegagalan finansial.
Sesemangat apapun kita dengan keuntungan pasar saham yang kita dapet di boom-nya AI, akan salah kalo kita jadi terlalu santai.
Munculnya teknologi baru biasanya bawa volatilitas di pasar dan ekonomi.
Tapi juga, jatuhnya pasar bukan jaminan. Dan bahkan kalo kita memang ngalamin yang disebut crash bubble AI, akan hampir mustahil buat nebeng waktunya.
Ingat bahwa mantan Ketua Fed Alan Greenspan kasih pidato "kegirangan yang tidak rasional" empat tahun sebelum bubble dot-com memuncak. Dan yang penting, level S&P 500 di titik terendah setelah bubble sebenarnya lebih tinggi dari pas Greenspan kasih pidato itu.
Anggap saja kita ngalamin koreksi terkait AI, gak ada cara buat tau kedalaman dan durasinya sebelum itu terjadi. Mungkin itu udah terjadi. Mungkin akan ada beberapa bump di pergerakan naik pasar.
Buat sebagian besar investor, langkah terbaik adalah tetap investasi melalui naik turunnya, yang kadang butuh waktu tahunan buat pulih.
Kalo kamu gak bisa luangin waktu dan gak mau nerima volatilitasnya, pasar saham mungkin bukan untuk kamu.