Gambar: [Tidak diterjemahkan]
“Bust atau boom?” Itu pertanyaan besar dalam ramalan UBS untuk ekonomi Amerika tahun 2026 sampai 2028. Tim yang dipimpin ekonom Jonathan Pingle juga membahas soal tarif, yang menurut mereka sama saja dengan menaikkan pajak. Analisis mereka bilang tarif ini memperlambat pertumbuhan dan bikin inflasi tetap tinggi, sehingga pendapatan riil masyarakat berkurang.
“Tarif itu sama aja kenaikan pajak yang besar,” tulis laporan itu. Menurut UBS, kebijakan tarif sekarang membuat rata-rata tarif menjadi 13.6%, naik banyak dari cuma 2.5% di awal tahun. Tarif setinggi ini sama seperti pajak impor senilai 1.2% dari PDB.
Dampak langsungnya terasa di harga barang yang jadi mahal, yang bikin harga-harga tetap tinggi. UBS memperkirakan aturan perdagangan baru ini akan menambah inflasi inti sebesar 0.8 poin persen di tahun 2026. Ini cukup untuk hapus kemajuan penurunan inflasi selama setahun dan bikin harga tetap naik sekitar 3.5%.
Untuk jangka panjang, UBS perkirakan tarif akan berdampak kumulatif sebesar 1.4 poin persen pada inflasi inti hingga 2028. Angka ini bisa naik sampai hampir 1.9 poin kalau efek lain seperti rantai pasok yang berubah dan produsen dalam negeri yang naikkin harga ikut dihitung. Singkatnya, tarif saja bisa jadi penyebab hampir dua-pertiga dari selisih antara inflasi sekarang dan target Fed sebesar 2%.
### Angin Inflasi yang Memberatkan Rumah Tangga
Kenaikan harga karena tarif ini sudah jadi beban untuk keluarga di Amerika. Pertumbuhan pendapatan per jam sudah melambat jadi sekitar 3.5% dalam enam bulan terakhir, sementara pendapatan agregat ada di sekitar 3.25%. Kenaikan inflasi ini jadi sangat memberatkan. Para ekonom perkirakan inflasi akan berada antara 3% dan 4% dalam dua kuartal ke depan, yang pada intinya menghapus kenaikan pendapatan tadi.
Laporan itu menekankan bahwa kebanyakan rumah tangga sekarang lebih sulit hadapi inflasi dibanding dua tahun lalu. Keluarga berpenghasilan tinggi masih didukung kekayaan dari pasar saham yang naik karena AI, tapi keluarga di bawah 20% penghasilan tertinggi punya aset likuid yang sangat sedikit. Biaya hidup yang naik, ditambah lapangan kerja yang lesu, bikin konsumen pesimis dengan masa depan.
Masalah ini khususnya mengkhawatirkan karena ekspansi ekonomi AS sudah dianggap “didukung secara sempit” dan “rapuh”. Situasi ekonomi sekarang pada dasarnya digambarkan sebagai “taruhan besar pada AI,” di mana satu-satunya area pertumbuhan yang jelas adalah investasi di software dan komputer (karena AI) dan konsumsi yang didukung kekayaan pasar saham keluarga kaya. “Sebagian besar ekonomi AS sedang dalam resesi,” tambah UBS, termasuk investasi properti residensial dan konstruksi non-residensial.
### Mengembalikan uang ke rakyat?
Seiring tekanan inflasi yang makin kuat, Presiden Donald Trump mempromosikan tarifnya bukan cuma sebagai pelindung industri Amerika, tapi juga sebagai sumber pendapatan baru untuk rumah tangga. Dia sudah mengusulkan ide “dividen tarif”—pembayaran “minimal $2.000 per orang (tidak termasuk orang berpenghasilan tinggi!)”—dan klaim bahwa pendapatan dari tarif cukup besar untuk dibagikan langsung ke warga Amerika.
Angkanya memang terlihat besar. Penerimaan tarif di Treasury mencapai $195 miliar pada tahun fiskal 2025, naik 153% dari $77 miliar tahun sebelumnya. The Committee for a Responsible Federal Budget memproyeksikan bahwa “tarif timbal balik” Trump bisa menghasilkan $1.3 triliun hingga 2029 dan $2.8 triliun pada 2034. Ini akan menaikkan porsi tarif dari sekitar 2.7% menjadi hampir 5% dari total pendapatan federal, kira-kira sama dengan menerapkan pajak payroll baru atau memotong satu-perlima anggaran pertahanan.
Tapi analis bilang hitungan di balik rencana dividen Trump tidak masuk akal. John Ricco dari Yale’s Budget Lab memperkirakan pembayaran $2.000 untuk setiap orang Amerika akan memakan biaya sekitar $600 miliar, jauh lebih besar dari pendapatan tarif pemerintah.
“Pendapatan yang masuk tidak akan cukup,” kata Ricco kepada Associated Press. Bahkan Menteri Keuangan Scott Bessent kelihatan kaget, dan bilang di acara TV ABC This Week bahwa dia belum bahas ide itu dengan Trump. Dia menyarankan “diskon” apapun lebih mungkin muncul dalam bentuk potongan pajak di masa depan.
Para ekonom juga memperingatkan bahwa walau tarif menghasilkan pendapatan, itu dilakukan dengan menaikkan harga. Importir biasanya membebankan biaya ini ke konsumen, sehingga kebijakan ini lebih berfungsi seperti pajak yang memberatkan masyarakat kecil, bukan seperti dividen.
Para ekonom menemukan bahwa yang muncul adalah sebuah lingkaran setan: tarif yang dirancang untuk menguatkan industri justru membantu mempertahankan inflasi, yang pada gilirannya melemahkan pertumbuhan pendapatan riil dan membebani konsumen yang seharusnya diuntungkan dari kebijakan ini. UBS menyebutnya “ekspansi sempit,” tapi mungkin lebih sempit lagi: sebuah ekonomi yang pertumbuhannya bergantung pada investasi AI yang berputar-putar dan skema pembuatan pendapatan pemerintah, bukan pada daya beli masyarakat yang luas.