Buka Editor’s Digest Gratis
Roula Khalaf, Editor FT, memilih cerita favoritnya di newsletter mingguan ini.
Pemerintah Inggris punya aturan batas dua anak (yang menghilangkan hak bantuan untuk keluarga besar). Aturan ini sepertinya tidak akan bertahan lama karena banyak alasan.
Satu alasannya kebijakan: batas ini sebenarnya menjamin kemiskinan anak karena keluarga tidak dapat bantuan untuk anak ketiga atau keempat. Child Poverty Action Group menyebutnya "penyebab utama kemiskinan anak di Inggris saat ini". Akibatnya, upaya pemerintah lain untuk kurangi kemiskinan anak jadi kurang efektif. Ini juga bikin komitmen Partai Labour untuk mengentaskan kemiskinan anak terlihat tidak serius.
Alasan lain politis: banyak anggota Labour sangat peduli dengan target pengurangan kemiskinan anak dan tidak akan terima jika pemerintah dengan mayoritas besar malah meninggalkan lebih banyak anak miskin daripada saat mulai berkuasa.
Kedua argumen ini masuk akal, dan ada banyak alasan lain untuk hapus aturan ini. Tapi satu hal penting sering diabaikan: jika negara memang punya kepentingan untuk urus anak orang lain, maka batas bantuan finansial seharusnya bukan di bawah tiga anak. Kenapa? Karena "tiga anak" adalah jumlah yang dibutuhkan banyak keluarga untuk menggantikan jumlah orang dewasa di populasi. (Tingkat penggantian di Inggris 2,1 kelahiran, tapi tidak mungkin punya 0,1 orang.)
Memang bukan urusan negara untuk memaksa orang punya anak yang tidak diinginkan. Tapi, liberalis kadang keliru antara "negara tidak boleh memaksa" dengan "itu bukan urusan negara". Padahal, sangat penting bagi negara untuk memastikan penduduk punya cukup anak agar populasi tetap stabil. Ini berpengaruh pada rasio ketergantungan (jumlah orang usia kerja yang bisa membiayai atau merawat orang lain) dan tingkat pajak.
Ada pertanyaan politik dan filosofis: haruskah negara beri dukungan untuk anak? Saya berpendapat, karena kita semua diuntungkan dengan lebih banyak orang usia kerja—bahkan yang tidak punya anak—maka mendukung anak harus jadi usaha bersama. Tentu, pendapat lain bisa berbeda.
Bentuk dukungan apa yang harus dicoba negara masih bisa diperdebatkan. Sebagai liberal, saya menentang paksaan. Tapi, penting bagi Inggris untuk sadar bahwa negara punya kepentingan agar warganya punya anak. Memutus bantuan setelah anak kedua bertentangan dengan itu.
Anak tidak seharusnya dihukum karena kesalahan orang tua, atau jika orang tua kehilangan pekerjaan bertahun-tahun setelah punya anak ketiga.
Pemerintah bekerja sebagian berdasarkan sinyal dari politisi: jika keluarga besar dianggap hanya untuk orang kaya, artinya negara tidak menghargai anak. Ini memengaruhi banyak hal—mulai dari "perumahan seperti apa yang harus didukung?" (idealnya, yang memungkinkan orang dengan pendapatan rata-rata nyaman punya setidaknya tiga anak) hingga "kewajiban di tempat kerja" (tidak membuat mustahil punya tiga anak).
Contohnya, Inggris sampai baru-baru ini memudahkan orang datang untuk merawat lansia daripada mengajar anak-anak.
Benar bahwa banyak negara—seperti Hungaria dan Prancis—sudah habiskan banyak uang untuk dorong orang punya lebih banyak anak, tapi tingkat kelahiran tetap di bawah penggantian.
Tapi setidaknya mereka akui bahwa negara memang punya kepentingan agar warganya punya anak, dan kita semua punya andil sosial dalam hal ini. Ada pertanyaan kebijakan dengan banyak jawaban, tapi di kasus ini hanya satu jawaban: jumlah anak ideal untuk orang Inggris adalah lebih dari dua.