Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) telah menuduh Edwin Brant Frost IV dan perusahaannya First Liberty Building & Loan karena diduga menjalankan skema Ponzi canggih senilai $140 juta, menurut keluhan sipil yang diajukan Kamis lalu di pengadilan federal di Atlanta.
Pihak berwajib klaim Frost, 67 tahun, khusus menargetkan aktivis Republikan dan investor Kristen konservatif lewat media sayap kanan. Situs web perusahaan yang sudah tutup itu menyebut iklannya “seperti didengar di” media konservatif, termasuk acara Erick Erickson, Hugh Hewitt, dan Charlie Kirk. First Liberty tiba-tiba tutup akhir bulan lalu dengan catatan ke klien bahwa investasi, pembayaran, dan program mereka “ditangguhkan tanpa batas waktu.”
Percobaan menghubungi Frost tidak berhasil.
Menurut keluhan, Frost dan First Liberty mengumpulkan minimal $140 juta dari penjualan perjanjian partisipasi pinjaman dan promes ke 300+ investor. Skema ini diduga mulai tahun 2014 dengan Frost mengumpulkan dana dari teman dan keluarga. Awalnya mereka ditawari perjanjian partisipasi pinjaman, lalu promes (semacam surat utang). Frost bilang dana akan dipakai untuk pinjaman jembatan berbunga tinggi.
SEC klaim hampir semua janji ini palsu. Sejak 2021, 80% pembayaran ke investor berasal dari dana investor baru—ciri khas skema Ponzi.
“Janji imbal hasil tinggi harus jadi peringatan untuk pikir dua kali,” kata Justin C. Jeffries dari SEC.
Tahun 2024, Frost memperluas bisnis dengan jual promes lewat radio, situs web, dan podcast. Perusahaan ini mengklaim diri sebagai bagian “ekonomi patriot.”
Tapi menurut SEC, skema ini sudah gagal. First Liberty diduga rugi tiap tahun dari 2021 sampai Mei 2025. Frost juga bohong ke investor soal keamanan investasi mereka untuk dapat dana tambahan.
Frost diduga hidup mewah pakai uang investor: $230.000 untuk sewa rumah liburan, $140.000 untuk perhiasan, arloji mewah $20.800, dan donasi politik $570.000.
SEC sudah bekukan aset Frost. Pesan ke Erickson, Hewitt, dan Kirk belum dibalas.
First Liberty tulis di situsnya: “Kami berharap bisa beri info lebih lanjut soal upaya penutupan bisnis secara teratur.”