Hari kemarin, pendiri dan CEO Spotify, Daniel Ek, umumkan bahwa dia akan turun jabatan di tahun depan. Dua eksekutifnya yang paling tinggi, Gustav Söderström dan Alex Norström, akan gantikan dia sebagai co-CEO.
Dengan berita ini, Spotify jadi perusahaan ketiga yang pilih jalur co-CEO dalam waktu hanya satu minggu lebih. Sebelumnya, Comcast dan Oracle juga lakukan hal yang sama. Ketiga pengumuman ini menunjukkan tren kecil: pemimpin yang berbagi jabatan tertinggi. Praktik ini sebelumnya lebih umum di perusahaan equity swasta. Juga perlu dicatat bahwa semua co-CEO baru ini adalah laki-laki.
Ini bukan hal yang mengejutkan karena laki-laki memang mendominasi posisi CEO di perusahaan Amerika. Tapi, ketika perusahaan memilih untuk menggandakan jumlah orang di jabatan tertinggi, kita mungkin berharap peluang untuk wanita akan lebih besar. Namun kenyataannya, pasangan co-CEO yang terdiri dari pria dan wanita sangat jarang.
### Data nya
Data menunjukkan: Di antara perusahaan Fortune 500, hanya 11% yang dipimpin oleh wanita. Di daftar Fortune 500 Eropa dan Global, wanita hanya memimpin 6% perusahaan.
Ketika kami lihat data co-CEO di Fortune 500 dari tahun 1998, kami hanya temukan tiga contoh di mana ada wanita. Kami tidak temukan satupun contoh dua wanita yang berbagi jabatan CEO di perusahaan Fortune 500.
Ada contoh lain di dunia, seperti Marks & Spencer di Inggris dan SAP di Jerman, yang pernah punya co-CEO pria dan wanita. Tapi dalam kedua kasus itu, wanitanya yang pergi dan prianya tetap jadi CEO tunggal.
### Masalah dalam Kepemimpinan
Temuan kami mencerminkan masalah dalam pipa kepemimpinan. Wanita masih tidak banyak duduk di posisi C-suite yang paling kuat, seperti CFO dan COO, yang biasanya jadi jalan untuk jadi CEO. Wanita yang berhasil masuk C-suite cenderung memegang peran seperti CHRO atau CMO.
Sebuah penelitian terhadap perusahaan yang akan go public juga menemukan tren yang sama. Mayoritas eksekutifnya adalah pria. Mereka menemukan satu pasangan co-CEO dalam data IPO, dan keduanya adalah pria.
Menurut analis, dalam banyak kasus, co-CEO ini pada dasarnya bersaing untuk mendapatkan dukungan dari pendiri atau CEO lama yang masih punya kuasa. Mereka bilang ini seperti “permainan kelaparan CEO” untuk menghibur sang raja.
CEO Athena Alliance, Coco Brown, bilang bahwa dia lihat tren ini sebagai bagian dari pergeseran ke arah “maskulinitas” di tempat kerja, seperti yang pernah dikatakan CEO Meta. Ada perasaan bahwa tenaga kerja sudah terlalu lunak dan butuh ketegasan kembali.
Tapi dia juga curiga bahwa penunjukan co-CEO ini mungkin cerita lama yang sama: ketika pria berkuasa berkata, “Saya bisa pilih teman-teman saya. Saya pilih apa yang nyaman bagi saya.”