Kemampuan AI sangat dibutuhkan, dan HR harus membayar gaji lebih tinggi untuk merekrut talent ini.
Menambahkan skill AI di deskripsi pekerjaan bisa nambah biaya 28% untuk gaji tahunan, menurut laporan terbaru dari Lightcast. Skill AI termasuk keahlian dengan model bahasa besar (LLM) seperti ChatGPT dan Microsoft CoPilot, juga prompt engineering, ringkasan teks, dll.
Analisis Lightcast dari lebih 1,3 miliar lowongan kerja tahun 2024 menemukan bahwa pekerjaan dengan skill AI/generative AI tawar gaji $18.000 lebih tinggi rata-rata. Sekitar 51% peran AI ini bukan di industri teknologi, naik dari 44% di 2022.
“AI semakin merambah ke semua deskripsi pekerjaan di berbagai bidang karir,” kata Cole Napper, VP riset di Lightcast, ke HR Brew.
Skill AI tidak cuma untuk pekerjaan IT lagi, kata Napper. Pekerjaan dengan kenaikan tertinggi permintaan skill AI adalah perekrut dan HR. Perusahaan yang tidak ikut tren ini bisa kehilangan talent.
“Ada perbedaan antara perusahaan yang bilang ‘Kami tidak fokus ke AI’ dan yang mengadopsinya,” jelas Napper. “Lebih baik rekrut sekarang, nanti kalau kejar ketertinggalan, biayanya lebih mahal.”
Ini masalah permintaan dan penawaran. Banyak perusahaan butuh skill AI, tapi jumlah karyawan yang punya skill ini tetap sama. Napper yakin tenaga kerja akan beradaptasi lewat pelatihan, tapi ini butuh waktu.
“Selalu ada efek tertunda karena orang butuh waktu untuk belajar skill baru,” ujarnya.
Laporan ini awalnya diterbitkan oleh HR Brew.
Memperkenalkan Fortune Global 500 2025, daftar peringkat perusahaan terbesar di dunia. Lihat daftar tahun ini.