Bagaimana Walmart, Amazon, dan Raksasa Ritel Lainnya Memanfaatkan AI untuk Menata Ulang Rantai Pasok—Dari Gudang Hingga Kasir

Saat pembeli mengambil tabir surya di menit terakhir di kasir mandiri Walmart atau menerima pengiriman hari yang sama dari Amazon, mereka menggunakan rantai pasokan berbasis AI yang cepat. Sistem ini dirancang untuk memindahkan barang dengan cepat, mengurangi limbah, dan menjaga rak tetap terisi. Tujuanya sederhana: mengantar produk yang benar ke pelanggan yang tepat, seefisien mungkin.

Di era tarif, kurang tenaga kerja, dan ketidakpastian global, misi ini semakin penting. Menurut survei Nvidia, 59% perusahaan mengakui tantangan rantai pasokan mereka meningkat tahun ini. Makin banyak perusahaan memakai AI untuk atasi masalah ini—82% berencana menaikkan anggaran untuk alat rantai pasokan bertenaga AI tahun depan.

Minggu lalu, Walmart—pengecer terbesar dunia—umumkan pembaruan rantai pasokan global dengan sistem AI real-time. Teknologi ini dipakai di AS, Kosta Rika, Meksiko, dan Kanada. Alat ini melacak tren konsumen, merancang produk, memprediksi permintaan, mengatur stok, dan kurangi kelebihan barang. Proyek yang dulu butuh bulanan, kini selesai dalam mingguan.

Contohnya, Walmart kembangkan sistem Trend‑to‑Product—mesin multi-agen AI yang lacak tren (dari media sosial, data pencarian, dll.), buat konsep produk, dan langsung proses prototipe. Vinod Bidarkoppa, CTO Walmart International, bilang: “Satu-satunya cara bergerak lebih cepat adalah dengan lebih pintar. Sistem kami ubah sinyal real-time jadi aksi real-time.”

Amazon, pesaing utama Walmart, juga pamer kemajuan rantai pasokan AI. Di acara re:Invent 2024, CEO Andy Jassy jelaskan bagaimana perbaikan rantai pasokan bisa hemat beberapa sen per paket—yang dalam skala besar jadi miliaran dolar. Bulan lalu, Amazon tunjukkan investasi AI baru seperti teknologi pemetaan Wellspring, model prediksi permintaan, dan robotika berbasis AI.

Dari prediksi ke otomasi AI penuh

Lebih dari satu dekade, pengecer modernisasi rantai pasokan dengan perangkat lunak cloud, analitik AI, dan sensor. Teknologi ini bantu mereka rencanakan lebih akurat, lacak inventaris, dan tingkatkan ketepatan pesanan. Percepatan terjadi saat pandemi COVID-19, di mana layanan seperti pengiriman hari sama dan BOPIS jadi kebutuhan dasar.

MEMBACA  Gaza gencatan senjata dan pembebasan sandera siap dimulai oleh Reuters

Tapi gelombang AI sekarang berbeda, kata Manish Kapoor, CEO Growth Catalyst Group. Sistem sebelumnya hanya reaktif—andalkan data historis. Sekarang, AI bisa otomatiskan operasi, atur ulang pengiriman, seimbangkan stok, dan identifikasi risiko pemasok sebelum gangguan terjadi.

Menurut Venky Veeraraghavan dari DataRobot, lompatan berikutnya didorong oleh AI agentik—sistem yang kerjakan tugas kompleks dengan sedikit campur tangan manusia. “AI generasi baru bisa koordinasi otomasi di seluruh rantai pasok dengan cara yang belum pernah ada,” ujarnya. Hasilnya? Perencanaan lebih efisien, lebih sedikit pemborosan.

Albertsons kini pindahkan produk ke rak 15% lebih cepat

Di Albertsons, salah satu pengecer makanan dan obat terbesar AS, AI tidak hanya untuk prediksi tetapi juga mempercepat interaksi toko dengan rantai pasok secara real-time. Chandrakanth Puligundla, analis data Albertsons, jelaskan bagaimana AI membantu alokasi tenaga kerja untuk penerimaan dan pengisian stok. “Model prediksi jumlah kiriman harian disesuaikan dengan tenaga kerja tersedia, sehingga tidak ada kelebihan staf atau keterlambatan,” katanya. Albertsons kini lebih cepat 15% memindahkan produk dari gudang ke rak saat musim ramai.

AI juga dipakai untuk analisis informasi pemasok seperti email dan PDF—ekstrak detail penting tentang perubahan pengiriman dan risiko, bantu tim pembelian hindari masalah yang sering terlewat sistem tradisional. “AI sangat baik dalam menyederhanakan kompleksitas, bantu tim merespon dengan cepat,” tambahnya.