Bayangkan sebentar kamu jadi pemenang lelang lukisan Nymphéas karya Claude Monet tahun lalu. Lukisan itu terjual di Sotheby’s, New York, setelah perang penawaran sengit yang cuma berlangsung 17 menit. Harganya? $65,5 juta. Itu baru permulaan. Orang mungkin berpikir kalau komisi rumah lelang dibayar penjual, tapi itu salah.
Ada buyer’s premium yang harus dihitung. Kalau pakai tarif standar Sotheby’s, premiumnya 27% untuk karya di bawah $1 juta, 22% untuk transaksi $1–8 juta, dan 15% sisanya di atas $8 juta. Jadi, total Monet ini bisa sampai hampir $76 juta untuk pembeli. Belum selesai!
Misalkan pembeli tinggal di UK dan pakai bank besar. Bank biasanya nambah biaya dengan FX fee sekitar 2–4%. Di tengah-tengah, itu tambah sekitar $2,3 juta ke total harga.
Kita skip dulu soal PPN atau bea impor lukisan, fokus ke FX fee aja. Total biaya Monet ini bisa lebih dari $80 juta buat pembeli UK. Sayang banget kalau pake bank biasa dan bayar FX fee 3–4%.
Ini juga jadi peluang buat perusahaan seperti iBanFirst buat tunjukkin keunggulan struktur FX fee mereka yang lebih adil.
Vivek Savani, Country Manager iBanFirst UK, bilang:
"Fee pertukaran mata uang itu terlalu mahal dan nggak efisien. Banyak orang dan bisnis masih pakai bank, padahal fee-nya bisa 2–4%. Itu harga yang sangat tinggi buat transaksi sederhana."
Pasar seni global tahun 2024 nilainya $57,5 miliar, turun 12% dari tahun sebelumnya. AS dan UK masih dominan dengan 43% dan 18% penjualan global. Tapi Savani percaya kalau perhatian lebih ke FX fee bisa bantu perbaiki ekosistem seni—untuk pembeli, penjual, dan rumah lelang.
iBanFirst bisa bantu pembeli dan penjual lacak pembayaran dengan lebih baik, sehingga mereka bisa beli atau jual berdasarkan nilai mata uang real-time.
"Transparansi bakal dorong lebih banyak orang ikut lelang dan bantu semua pihak," kata Savani.
Banyak yang mulai beralih dari bank ke spesialis FX seperti iBanFirst, tapi perubahannya masih lambat.
"Kami tawarkan teknologi plus sentuhan manusia. Klien bisa ngobrol langsung dari awal sampai transaksi selesai. Ini yang kurang di bank atau kompetitor lain," jelas Savani.
iBanFirst, berdiri tahun 2013 di Belgia, fokus pada transaksi multivaluta yang cepat dan aman. Mereka unggul dari bank tradisional karena nggak ada biaya setup, langganan bulanan, atau transfer.
Struktur harga iBanFirst dirancang untuk bisnis internasional yang berkembang. Mereka kasih exchange rate standar untuk semua transaksi klien, biar biaya bisa diprediksi. Cocok buat UKM yang butuh manajemen risiko FX atau importir/eksportir yang nggak mau fee menggerus margin.
Klien iBanFirst juga bisa lacak pembayaran internasional langkah demi langkah, dengan update detail dan tracking link yang bisa dibagi ke mitra.
Tapi pasar ini kompetitif. Wise Business tawarkan solusi simpel dan murah, tapi kalau transaksi besar, fee per transaksi bisa menumpuk. Airwallex fokus pada e-commerce, tapi platformnya lebih rumit. Payoneer bagus buat freelancer, tapi kurang spesifik buat UKM.
Ebury tawarkan forward contracts dan alat FX hedging, tapi harga mereka sulit diprediksi. Convera cocok buat bisnis besar, tapi mungkin terlalu mahal buat UKM. Revolut punya banyak fitur, tapi kurang spesifik untuk kebutuhan tertentu.
Tapi Savani yakin kalau butuh dukungan manusia, iBanFirst lebih unggul dari pesaing mana pun.
Artikel ini awalnya dibuat dan dipublikasikan oleh Retail Banker International.
Informasi di situs ini disediakan untuk tujuan umum dan tidak dimaksudkan sebagai saran profesional. Harap konsultasikan ahli sebelum mengambil keputusan.