Warren Buffett sudah kasih sinyal untuk akhir dari satu era bersejarah. Di usianya yang ke-95, dia baru saja merilis surat untuk pemegang saham Berkshire Hathaway yang mengumumkan dia akan berhenti sebagai CEO dan tidak akan lagi menulis laporan tahunan yang legendaris itu. Sementara banyak keluarga di Amerika sedang makan kalkun dan bersyukur, dunia investasi justru sedang mencerna berita besar: figur paling terkenalnya akan “menjadi lebih diam”.
Dalam suratnya tanggal 10 November, Buffett mengkonfirmasi bahwa orang kepercayaannya, Greg Abel, akan mengambil alih posisi CEO di akhir tahun. Tapi perubahan yang paling terasa adalah soal caranya berkomunikasi. Selama puluhan tahun, surat tahunannya jadi seperti kitab suci bagi investor—berisi kebijaksanaan sederhana, kecerdasan finansial, dan kejujuran. Sekarang, tradisi itu berakhir.
“Saya tidak akan lagi menulis laporan tahunan Berkshire atau berbicara tanpa henti di rapat tahunan,” tulis Buffett. “Seperti orang Inggris bilang, saya ‘going quiet’. Agak.”
Kata “agak” ini tipikal Buffett. Walaupun dia mundur dari tuntutan berat menjalankan perusahaan senilai $1 triliun, dia berniat tetap membuka satu jalur komunikasi. “Saya akan terus berbicara kepada kalian dan anak-anak saya tentang Berkshire lewat pesan Thanksgiving tahunan saya,” janjinya kepada pemegang saham.
Surat ini juga disertai aksi dermawan. Buffett mengkonversi 1,800 saham Kelas A menjadi 2.7 juta saham Kelas B—senilai sekitar $1.35 miliar—lalu menyumbangkannya langsung ke empat yayasan keluarga. Ini adalah lanjutan dari janji seumur hidupnya untuk menyumbang 99% dari kekayaannya untuk amal.
Buffett juga puji-pujian calon penggantinya, Greg Abel, untuk meyakinkan investor bahwa perusahaannya tetap di tangan yang tepat. Tapi surat ini juga sangat personal, dia banyak mengenang pertemanan 64 tahunnya dengan almarhum Charlie Munger dan keberuntungannya bisa lahir di Amerika.
Bagi dunia bisnis, surat ini ibarat peta navigasi terakhir dari seorang legenda yang memimpin perusahaannya melalui tujuh dekade gejolak pasar. Pesannya tetap konsisten: bertaruhlah pada Amerika, percayalah pada kekuatan bunga-berbunga, dan akui kesalahanmu.
“Diam” dari Omaha musim semi nanti akan terasa lebih keras dari biasanya. Tidak akan ada manifesto tahunan yang panjang untuk dianalisa, tidak ada sesi tanya-jawab maraton untuk dicari arti tersembunyinya. Sebagai gantinya, kita hanya dapat pesan Thanksgiving ini—pengingat terakhir dari investor terhebat dunia bahwa meskipun uang itu penting, waktu yang kita miliki untuk memberikannya adalah satu-satunya aset yang benar-benar menyusut.