Buka gratis newsletter White House Watch
Panduan kamu untuk arti masa jabatan kedua Trump buat Washington, bisnis, dan dunia
Arab Saudi udah tanda tangan pakta “pertahanan timbal balik strategis” sama Pakistan. Ini tanda ke AS dan Israel bahwa kerajaan itu mau cari sekutu keamanan lain buat perkuat pertahanannya.
Perjanjian sama negara Asia Selatan yang punya senjata nuklir ini terjadi seminggu setelah negara-negara Teluk—yang biasanya bergantung sama AS—jadi sangat khawatir karena serangan misil Israel ke pemimpin politik Hamas di Qatar.
“Kami harap ini akan perkuat pertahanan kami—serangan ke satu adalah serangan ke yang lain,” kata pejabat tinggi Arab Saudi ke Financial Times. “Ini perjanjian pertahanan lengkap yang akan pakai semua cara pertahanan dan militer yang dianggap perlu tergantung ancamannya.”
Serangan Israel ke Doha, yang merupakan sekutu utama non-NATO AS, bikin para pemimpin Teluk makin khawatir soal sikap AS yang tidak bisa ditebak dan komitmen mereka buat bertahan, juga soal tindakan militer Israel yang tidak terkendali di region ini.
Riyadh dipercaya udah kasih tau Washington soal perjanjian pertahanan sama Pakistan setelah ditandatangani.
Arab Saudi punya sejarah panjang hubungan sama Pakistan dan, bareng negara Teluk lain, kasih dukungan finansial penting ke Islamabad. Pejabat Saudi bilang kerajaan itu berkomitmen ke non-proliferasi nuklir.
“Kami udah kerjain ini selama lebih dari setahun dan berdasarkan percakapan dua sampai tiga tahun,” kata pejabat itu.
Riyadh juga jaga hubungan kuat sama rival Pakistan di Asia Selatan, India, dan merupakan salah satu pemasok minyak utamanya.
Riyadh sebelumnya berharap bisa bikin perjanjian pertahanan sama AS, plus kerja sama dengan rencana nuklir Washington, sebagai bagian dari kesepakatan besar yang akan bikin mereka normalisasi hubungan diplomatik sama Israel.
Tapi, rencana itu berubah setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang di Gaza dan konflik di seluruh region.
Riyadh jadi semakin marah karena perang Israel di Gaza yang sudah 23 bulan dan sikap pemerintah sayap kanan jauh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Pangeran Mohammed bin Salman tuduh Israel lakukan genosida, dan bilang dengan jelas bahwa normalisasi tidak mungkin kecuali Netanyahu hentikan konflik dan bantu dirikan negara Palestina.
Dia tetap jaga hubungan bilateral yang hangat sama pemerintahan Trump, dengan kerajaan itu janji investasi lebih dari $600 miliar di AS dan jadi tuan rumah buat Donald Trump di Riyadh saat tur presiden itu ke Teluk pada Mei.
Namun, ada pengakuan bahwa Arab Saudi kecil kemungkinan dapat perjanjian pertahanan dengan Washington yang dia cari selama perjanjian normalisasi sama Israel belum ditandatangani.
Dan walau negara-negara Teluk sadar mereka masih tergantung pada AS sebagai mitra pertahanan utama, analis bilang mereka bisa coba cari mitra pertahanan lain dalam jangka panjang setelah serangan Israel ke pemimpin Hamas di Doha.
Trump bilang dia cuma tau soal serangan itu saat sedang terjadi, walau Doha punya pangkalan AS yang bertindak sebagai pangkalan operasi depan untuk Komando Pusat militer AS.
Israel, bersama tetangga Arabnya, adalah anggota Centcom.
Pangeran Mohammed sebut serangan ke Doha, yang menarget pemimpin Hamas yang terlibat dalam negosiasi gencatan senjata di Gaza, sebagai “agresi brutal” yang butuh “aksi Arab, Islam, dan internasional”.