Apakah Perplexity Akan Menjadi Google Berikutnya?

Perplexity Mengejutkan Silicon Valley dan Wall Street

Minggu ini, Wall Street Journal melaporkan bahwa startup AI, Perplexity, menawarkan $34,5 miliar tunai untuk membeli Chrome, browser paling populer di dunia. Langkah ini terjadi beberapa minggu setelah Perplexity meluncurkan browser berbasis AI-nya, Comet. Saat ini, hakim federal sedang mempertimbangkan apakah Google harus melepas Chrome setelah kalah dalam kasus anti-monopoli yang diajukan Departemen Kehakiman.

Comet, yang akan tersedia untuk semua pengguna Perplexity Pro mulai Rabu, punya beberapa keunggulan dibanding Chrome. Di Chrome, fitur AI kebanyakan datang lewat add-ons, tapi di Comet, asisten AI selalu aktif di pojok kanan atas. Ia bisa meringkas konten, membandingkan info di berbagai tab, mengotomatisasi tugas (seperti mengirim email), dan mengingatkan acara. Chrome baru menambahkan fitur AI seperti Gemini dan tab compare, tapi fitur itu masih terbatas dan tidak seotomatis Comet.

Comet berpotensi mengubah browsing jadi pengalaman lebih interaktif. Tapi langkah Perplexity membeli Chrome memunculkan pertanyaan: bisakah mereka jadi next Google?

Perplexity Tidak Hanya Sekadar ‘Pencarian’

Thomas Grange, co-founder Botify, bilang, "Tidak akan ada ‘Google baru’." Menurutnya, AI dan browser tradisional menciptakan cara baru yang lebih personal dan conversational untuk mencari informasi. Comet contohnya—browser ini menempatkan AI di pusat antarmuka, sehingga pengguna dapat langsung mendapat jawaban tanpa harus membuka banyak link.

Usha Haley, profesor di Wichita State University, bilang tawaran Perplexity untuk Chrome "tidak begitu berani setelah kamu coba Comet." Dengan asisten AI yang bisa bekerja di semua laman web, browsing jadi lebih produktif. Tapi, mencapai level Google tetap sulit.

Tantangan ke Depan

Meski bisa membeli Chrome, Perplexity masih harus membangun infrastruktur dan kepercayaan pengguna sebesar Google. Joshua McKenty, mantan arsitek NASA, bilang akuisisi Chrome sangat penting karena memberi akses ke data training baru.

MEMBACA  Pemenang besar jika OpenAI menjadi bisnis berorientasi keuntungan? Microsoft.

Banyak yang meragukan Perplexity bisa jadi next Google. Ari Paparo, mantan eksekutif Google, bilang regulator tidak akan membiarkan monopoli baru. Tantangan lain adalah privasi dan keandalan.

Persaingan di Dunia AI

Perplexity bukan satu-satunya yang kembangkan browser AI. Microsoft Edge punya Copilot Mode, dan OpenAI juga akan rilis browser berbasis AI. Tapi, Perplexity sudah memaksa pesaing seperti Google untuk berinovasi.

Barry Lowenthal dari Inuvo bilang, meski teknologi penting, memenangkan kepercayaan dan kebiasaan pengguna adalah tantangan terbesar. Perplexity baru memulai perjalanannya.

Fortune menggunakan AI generatif untuk draf awal artikel ini, tapi editor memverifikasi keakuratannya sebelum publikasi.