Pandangan warga Amerika tentang kuliah di universitas berubah sangat cepat dalam waktu singkat. Sekarang, banyak yang berpikir kuliah itu resiko besar karena biayanya mahal banget dan belum tentu dapat kerja setelah lulus.
Menurut jajak pendapat dari NBC News, 63% pemilih terdaftar setuju bahwa gelar S1 "tidak sebanding dengan biayanya karena lulusan sering tidak punya keahlian kerja spesifik dan punya banyak hutang." Angka ini naik dari cuma 47% di tahun 2017.
Sebaliknya, cuma 33% yang masih percaya gelar itu "sepadan dengan biayanya karena peluang dapat kerja bagus dan gaji lebih tinggi seumur hidup." Bahkan orang Amerika yang sudah punya gelar sarjana saja berubah pikiran. Cuma 46% yang sekarang bilang kuliah worth it, turun dari 63% di tahun 2013.
Seorang peneliti mengatakan perubahan pendapat ini sangat dramatis, karena dulu gelar kuliah adalah bagian dari mimpi Amerika untuk hidup lebih baik. Sekarang janji itu diragukan.
Semua kelompok, baik Republik, Independen, maupun Demokrat, sekarang lebih skeptis. Terutama kalangan Republik. 71% orang tanpa gelar sarjana sekarang bilang kuliah tidak worth it.
Data lain emang tunjukkan lulusan kuliah rata-rata dapat gaji lebih tinggi dan lebih jarang menganggur. Tapi, pengangguran di kalangan fresh graduate terus naik sejak tahun 2022 – tahun ketika ChatGPT OpenAI dirilis – dan sekarang angkanya lebih tinggi dari rata-rata nasional.
Karena AI dikhawatirkan mengurangi lowongan kerja untuk pemula, banyak anak muda Amerika sekarang lebih pertimbangkan sekolah vokasi atau kerja di bidang perdagangan yang lebih praktis.
Sementara itu, hutang siswa terus membebani peminjamnya selama puluhan tahun. Biaya kuliah sendiri sudah naik dua kali lipat di perguruan tinggi negeri sejak tahun 1995.
Kepercayaan pada pendidikan tinggi sudah menurun selama bertahun-tahun. Survei Gallup bulan September menunjukkan hanya 35% yang bilang kuliah itu "sangat penting," angka terendah yang pernah tercatat. Ledakan hutang pelajar ini membuat nilai manfaat kuliah menjadi dipertanyakan.