Apakah Anda Akan Mengganti CEO dengan Avatar AI?

Semua orang bicara tentang “vibe coding” (pakai LLM buat buat aplikasi, website, dll), tapi gakada yang bahas “vibe business.” Mungkin karena semua startup, entah gimana caranya, udah jadi vibe business—berjalan prinsip bikin-dulu-kalo-laku dan minta-maaf-bukan-izin. Tapi salah satu pendiri startup mencoba monetisasi realita ini.

“Kamu cuma perlu kasih ide umum tentang apa yang mau dibuat, dijual, apa tujuanmu, sisanya kami yang urus,” kata Xiaoyin Qu, pendiri HeyBoss.AI, yang bantu klien bangun website dan bisnis pakai tim eksekutif avatar AI. “Kami intinya tim digital teknologi buat bisnis apa aja…dengan agen spesifik punya fungsi khusus.”

Qu baru-baru ini dapet perhatian karena bikin avatar AI jadi CEO perusahaannya sendiri dan bantu negosiasi pendanaan seed $3.5 juta HeyBoss dipimpin OpenAI Startup Fund.

HeyBoss tujuannya isi bisnis pelanggan dengan karyawan AI mirip, masing-masing disesuaikan untuk peran beda berdasarkan kriteria—misalnya desainer bernama Nova punya skill UX/UI dan kepribadian artistik, atau strategi brand yang bisa gabungin strategi kompetitor. Karyawan digital ini sebenernya chatbot yang pemilik bisnis ajak ngobrol dan kolaborasi dari PC atau HP, mirip cara pakai ChatGPT. Menurut Qu, karyawan virtual HeyBoss dibangun pake LLM dari OpenAI, Anthropic, sama Google, plus model proprietary.

Waktu aku ketemu Qu via Zoom, avatar CEO HeyBoss.AI Astra—wanita kulit merah mata biru mencolok pakai bodysuit—ada di frame diam di dinding belakangnya. “Dia lebih cepat, pintar, dan bisa diandalin daripada eksekutif manusia mana pun yang pernah aku kerja sama,” kata Qu di pengumuman pendanaan perusahaan.

HeyBoss bertaruh preferensi orang untuk rekan kerja manusia bakal meluas ke avatar mirip manusia, jadi startup bakal hire ini daripada LLM non-personifikasi kayak ChatGPT OpenAI. Qu targetin orang yang kurang melek teknologi dibanding yang pakai vibe coding masuk kerja di big tech; orang yang mungkin mau pakai AI buat mulai bisnis yoga atau toko kue.

MEMBACA  CEO Waymark mengutuk reformasi perawatan kesehatan yang memperlakukan kunjungan layaknya 'program loyalitas reward'.

Dengan suku bunga relatif rendah dan tools AI di mana-mana yang secara teori kurangi modal dan waktu buat mulai perusahaan, fenomena vibe business punya potensi tumbuh, menginspirasi lebih banyak orang mulai bisnis sendiri.

HeyBoss bukan bisnis pertama Qu. Awalnya ketemu dia tahun 2021 waktu masuk Forbes 30 Under 30 buat perusahaan virtual event Run The World. Selama pandemi Covid-19, Run The World meledak—gelar 10.000 event di bulan pertama setelah launch dan tumbuh dari 5 ke 45 karyawan waktu itu dengan pendanaan $15 juta dari backer kayak Andreessen Horowitz.

Run The World mulai bermasalah waktu masyarakat buka lagi dan orang kabur dari event virtual. Waktu Run The World bubar lewat jual asset murah, Qu dan cofounder Xuan Jiang berantem hukum. Run The World, yang waktu itu dipimpin Qu, tuntut Jiang atas fraud komputer, pelanggaran kontrak, dan pelanggaran kewajiban fiduciary. Lalu Jiang balik tuntut Qu, RTW dan a16z untuk diskriminasi. Akhirnya Qu, RTW dan investornya menang kasus.

Pengalaman hidup ini mungkin bagian dari keputusan Qu buat lakukan hal berbeda dengan HeyBoss. Dia hire “vibe growth marketer” manusia buat HeyBoss. Di posting LinkedIn tentang pekerjaan itu dia bilang: “Bodoamat sama syarat kerja tradisional: Jurusan, tahun pengalaman, gelar, IPK, sekolah fancy dll. Kerjamu: Bikin orang ngomongin Heyboss terus,” tulisnya. “Satu aturan: 👉 Buat heboh. Tapi jangan sampe aku ditangkep.”

Sampai ketemu Kamis,

Alexandra Sternlicht

X: @iamsternlicht

Email: [email protected]

Submit deal buat newsletter Term Sheet disini.

Sara Braun urus bagian deals newsletter hari ini. Subscribe disini.