Perusahaan gas Uniper sudah memperingatkan, Jerman bisa rugi sampai 40 miliar euro kalau musim dingin ini lebih dingin dari biasanya. Menurut laporan mereka, hal ini bisa bikin Jerman masuk resesi.
Setiap tahun di bulan Oktober, saat musim panas, Eropa mulai berusaha mengisi penuh tempat penyimpanan gas mereka. Norwegia dan Amerika siap menambah ekspor gas ke Uni Eropa. Regulator energi Jerman bilang masih banyak gas tersedia. Tapi, situasi ini bisa berubah dengan cepat.
Tempat penyimpanan gas di Jerman sekarang terisi sekitar 76%. Seharusnya perlu 90% untuk mencegah kerugian besar yang diperingatkan Uniper. Kalau penyimpanan penuh 90%, musim dingin yang sangat dingin tetap akan rugikan ekonomi Jerman 14 miliar euro. Itu masih lebih baik dari 40 miliar euro.
Perbedaan 25 miliar euro itu bisa menentukan apakah ekonomi Jerman stabil atau masuk resesi. Ini menunjukkan betapa rentannya ekonomi Jerman terhadap perubahan pasokan gas.
Dari laporan Uniper, kelihatannya beberapa kerusakan finansial sudah pasti terjadi. Juga kecil kemungkinan kerugiannya hanya 14 miliar euro, karena mustahil menjaga tingkat penyimpanan di 90% selama puncak musim dingin.
Tapi, tidak semua orang pesimis. Lembaga ICIS bilang, bahkan suhu yang sangat rendah di Desember dan Januari tidak akan membahayakan keamanan pasokan gas di Jerman, jadi tidak perlu khawatir.
Mereka bilang, bahkan di musim dingin yang parah, gas yang disimpan dan LNG tambahan bisa jamin pasokan yang cukup. Mereka akui cadangan gas bisa turun sampai 20%, tapi itu tidak masalah karena akan ada kapasitas LNG baru tahun depan. Namun, harga bisa jadi masalah saat permintaan LNG naik di musim dingin.
Sementara itu, Uniper minta izin untuk menutup salah satu tempat penyimpanan gas terbesar di Jerman karena tidak bisa mengisinya tepat waktu. Alasannya terkait kondisi geologi tempat tersebut dan peraturan yang berlaku.
Di sisi lain, Ukraina mengatakan mereka perlu meningkatkan impor gas musim dingin ini, sampai sekitar 30%. Gas itu akan datang dari anggota G7, termasuk Jerman.
Oleh Irina Slav untuk Oilprice.com