Oleh Naomi Rovnick dan Amanda Cooper
LONDON (Reuters) – Pasar global menceritakan kisah yang bertentangan tentang dampak jangka panjang tarif AS terhadap pertumbuhan. Perbedaan ini membuat investor yakin bahwa saham atau obligasi bisa mengalami koreksi tajam begitu jelas mana yang benar.
Presiden AS Donald Trump dengan kebijakan perdagangannya yang tidak konsisten telah membuat pasar waspada terhadap pengumuman hariannya tentang siapa atau apa yang akan kena tarif.
Target terbaru adalah Kanada, yang akan dikenakan tarif 35%, sementara mitra dagang lain dapat tarif 15% atau 20%. Tapi pasar luas hampir tidak bereaksi. Pengumuman untuk Eropa segera menyusul.
Investor mengatakan ketenangan ini bukan karena keyakinan pada prospek jangka panjang yang baik, tapi lebih karena pasar sedang di tahap akhir kenaikan. Para optimis berusaha mengejar rally sebelum habis, sementara pesimis bersiap untuk masa sulit.
Di satu sisi, aset berisiko seperti saham dan kripto terus naik. Saham Wall Street capai rekor tertinggi didorong antusiasme AI dan harapan pemotongan suku bunga oleh Fed. Bitcoin hampir tembus $112.000.
Di sisi lain, obligasi pemerintah, emas, dan minyak mencerminkan kekhawatiran bahwa tarif bisa merusak ekonomi AS dan pertumbuhan global.
Neil Birrell, CIO Premier Miton, mengatakan dampak tarif Trump akan terlihat jelas di paruh kedua tahun ini.
"Sulit bagi saya untuk melihat ini dengan keyakinan," katanya, merujuk pada kebijakan Trump yang sulit diprediksi. Kekhawatiran utamanya adalah tingginya partisipasi rumah tangga AS di pasar saham, di mana penurunan bisa menyebar ke global.
Setelah jeda 90 hari sejak pengumuman tarif "Hari Pembebasan" 2 April, Trump kini memberlakukan tarif acak pada mitra dagang besar dan kecil. Ini terjadi tepat sebelum musim laba Q2, yang mungkin beri petunjuk awal dampak pada keuntungan perusahaan.
"Semuanya tenang, tapi bukan dalam arti positif," kata Mahmood Pradhan dari Amundi. Tarif efektif untuk impor AS rata-rata sekitar 15%, yang buruk bagi pertumbuhan negara-negara pedagang.
Bank Dunia turunkan proyeksi pertumbuhan global 2025 menjadi 2,3%, menyebut tarif dan ketidakpastian jadi tantangan besar.
Dengan ketidakpastian tinggi di AS, dana investor mengalir ke aset lain seperti saham Eropa, obligasi, emas, saham teknologi China, atau mata uang pasar berkembang.
Pasar saham juga didorong harapan bahwa Ketua Fed Jerome Powell akan menuruti tekanan Trump untuk memotong suku bunga cepat. Namun data masih terlalu kuat untuk justifikasi pelonggaran agresif, tapi juga terlalu lemah untuk menunjukkan tarif tidak berdampak.
Sementara itu, pemotongan pajak Trump akan tambah defisit negara sebesar $3,3 triliun. Hasil obligasi 10-tahun AS (^TNX) turun dari 4,8% menjadi 4,35%.
"Obligasi lebih fokus pada pertumbuhan yang melambat daripada inflasi. Setiap ada berita perang dagang, imbal hasil obligasi cenderung turun karena pasar harapkan pemotongan suku bunga. Tapi saham masih kuat karena tarif belum muncul di data inflasi," kata Joost van Leenders dari Van Lanschot Kempen.
Emas (GC=F) telah naik 26% tahun ini, tembus $3.300/ons, jadi lindung nilai dari ketidakpastian geopolitik dan alternatif dolar AS yang melemah 10% tahun ini.
Kevin Thozet dari Carmignac mengaku lindung nilai terhadap penurunan pasar saham AS, tapi yakin hal itu kecil kemungkinannya sekarang karena trader ritel terus beli saat turun.
Ke depan, pemotongan pajak Trump mungkin kurangi dampak tarif, tapi utang tambahan bisa dorong hasil obligasi 10-tahun AS ke 5% dalam 3 bulan ke depan.
"Kami lihat retakan signifikan di pasar AS, meski Fed punya ruang untuk memotong suku bunga," katanya.
(Pelaporan oleh Amanda Cooper dan Naomi Rovnick; Penyuntingan oleh Elaine Hardcastle)