Analis: Lebih Banyak Bahan Pokok Dapat Potongan Tarif Menjelang Pemilu 2026

Presiden Donald Trump baru aja mau mencabut tarif untuk banyak barang. Tapi menurut analis Wall Street, ini hampir tidak berpengaruh pada harga barang buat konsumen. Meskipun gitu, ini mungkin pertanda ada perubahan besar.

Jumat kemarin, Trump bilang dia akan hapus tarif untuk daging sapi, kopi, buah tropis, dan barang lain. Padahal sebelumnya dia selalu bilang bahwa tarifnya tidak bikin harga naik. Keputusan ini datang setelah partainya kalah dalam pemilu, karena banyak pemilih protes soal biaya hidup yang mahal.

Makanan impor cuma 10% dari yang dikonsumsi rumah tangga di AS. Jadi, pengaruh pencabutan tarif ini terhadap inflasi sangat kecil, tulis seorang ahli ekonomi. Tapi efek psikologisnya bisa lebih besar.

“Harga makanan sangat mempengaruhi psikologi konsumen tentang inflasi,” jelasnya. “Dari semua jenis makanan, perasaan konsumen paling sensitif sama harga daging, unggas, telur, terus sereal.”

Harga yang mahal di toko kelontong bikin orang minta harga yang lebih terjangkau. Ini jadi isu penting dalam pemilu terakhir.

Meski inflasi sudah turun dari 9% di tahun 2022, harga masih tetap naik perlahan. Tarif Trump bikin angka inflasi tahunan susah turun. Sekarang, pemilih memilih politikus yang janji mau membekukan harga tertentu.

Karena kedua partai sudah siap-siap untuk pemilu 2026, ahli ekonomi itu memperkirakan Trump akan beri lebih banyak keringanan tarif.

“Yang lebih penting adalah sinyal dari keputusan ini tentang arah perubahan tarif di masa depan,” katanya. “Mendekati pemilu, pemerintahan mungkin akan memperluas pengecualian tarif untuk lebih banyak produk makanan.”

Dia juga tunjukkan tanda-tanda lain, seperti kesepakatan dagang Trump dengan Swiss yang turunkan tarif jadi 15% dari 39%. Mungkin ada juga perjanjian dengan Brazil dan India.

MEMBACA  Menteri Serukan Penanganan Sampah yang Lebih Baik di Mataram

Tapi, menurut penelitian dari Fed San Francisco, Trump mungkin justru harus pertahankan tarifnya jika dia mau lawan inflasi.

Penelitian itu lihat data tarif selama 150 tahun dan simpulkan bahwa tarif tekan kegiatan ekonomi dan lapangan kerja, yang akhirnya bikin inflasi lebih rendah.

“Respons inflasi ini bertentangan dengan model standar,” tulis penelitinya. “Bukannya naik, tarif justru bekerja seperti guncangan permintaan—membuat inflasi dan pengangguran bergerak ke arah yang sama.”