Amerika Serikat Tenggelamkan Asia Tenggara dalam ‘Tsunami Tersembunyi’ Sampah Elektronik Beracun, Temuan Investigasi 2 Tahun

Laporan baru dari sebuah organisasi lingkungan, Basel Action Network (BAN), mengatakan bahwa jutaan ton sampah elektronik dari Amerika Serikat dikirim ke luar negeri. Banyak dari sampah ini pergi ke negara-negara berkembang di Asia Tenggara yang tidak siap untuk menangani limbah berbahaya dengan aman.

Laporan itu menyebut ini seperti “tsunami tersembunyi” dari limbah elektronik. Penyelidikan selama dua tahun menemukan setidaknya 10 perusahaan AS yang mengekspor elektronik bekas ke Asia dan Timur Tengah.

Limbah elektronik, atau e-waste, termasuk barang-barang seperti ponsel dan komputer yang dibuang. Barang-barang ini mengandung bahan berharga tetapi juga logam beracun seperti timbal dan merkuri. Karena orang mengganti gadget mereka lebih cepat, sampah elektronik global tumbuh lima kali lebih cepat daripada daur ulang resmi.

Pada tahun 2022, dunia memproduksi rekor 62 juta ton limbah elektronik. Jumlah ini diperkirakan akan naik menjadi 82 juta pada tahun 2030.

Sampah elektronik dari AS ini menambah beban untuk Asia, yang sudah menghasilkan hampir setengah dari total sampah elektronik dunia. Banyak yang dibuang di tempat pembuangan akhir, di mana bahan kimia beracun bisa meresap ke lingkungan. Beberapa berakhir di tempat daur ulang informal, di mana pekerja membakar atau membongkar perangkat tanpa pelindung, menghirup asap beracun.

Setiap bulan, sekitar 2.000 kontainer berisi elektronik bekas meninggalkan pelabuhan AS, menurut laporan itu. Perusahaan di belakang pengiriman ini biasanya tidak mendaur ulang sampahnya sendiri, tetapi mengirimnya ke perusahaan di negara berkembang.

Laporan itu memperkirakan bahwa 10 perusahaan itu mengekspor lebih dari 10.000 kontainer limbah elektronik yang nilainya lebih dari $1 miliar.

Banyak kontainer sampah elektronik pergi ke negara-negara yang telah melarang impor seperti itu berdasarkan Perjanjian Basel. AS adalah satu-satunya negara industri yang belum meratifikasi perjanjian ini.

MEMBACA  Keamanan nasional Britania membutuhkan lebih dari sekadar tinjauan pertahanan

Laporan itu mengatakan pengiriman sering dinyatakan dengan kode perdagangan yang tidak sesuai, seperti “bahan komoditas,” untuk menghindari deteksi.

Di negara-negara yang menerima sampah ini, pekerja tanpa dokumen sering bekerja di fasilitas sederhana tanpa perlindungan. Mereka menghirup asap beracun saat membongkar perangkat.

Otoritas di Thailand dan Malaysia telah meningkatkan upaya untuk menghentikan impor ilegal sampah elektronik dari AS. Misalnya, pihak berwajib Thailand menyita 238 ton sampah elektronik AS di pelabuhan Bangkok.

Mengekspor sampah elektronik dari negara kaya ke negara berkembang memberatkan fasilitas lokal dan merupakan bentuk “kolonialisme limbah,” kata seorang ahli.