Alasan Strategis Keanggotaan ASEAN bagi Timor Leste

Timor-Leste, ekonomi terkecil di Asia Tenggara, sekarang telah menjadi anggota terbaru ASEAN.

Pada tanggal 26 Oktober, organisasi regional itu menerima negara kepulauan itu sebagai anggota kesebelas di KTT ASEAN di Kuala Lumpur. Timor-Leste pertama kali mendaftar jadi anggota di tahun 2011, tak lama setelah mereka meraih kemerdekaan formal dari Indonesia, tetangganya yang jauh lebih besar. Timor-Leste, yang juga dikenal sebagai Timor Timur, adalah anggota baru pertama ASEAN sejak tahun 1999, saat Kamboja bergabung.

“Timor-Leste dulu sulit dapat investasi, karena negara nya tidak stabil dan banyak resiko,” kata Norashiqin Toh, seorang peneliti di Universitas Tsinghua.

“Dengan jadi anggota ASEAN, ini bisa jadi sinyal yang bagus untuk investor internasional tentang stabilitas politik negara itu, dan juga bisa menarik lebih banyak investasi dari perusahaan-perusahaan di negara ASEAN lainnya.”

ASEAN, atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, adalah sebuah kelompok regional yang ingin meningkatkan kerjasama ekonomi dan keamanan di antara anggotanya. Didirikan pada tahun 1967, ASEAN awalnya punya lima anggota: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Sejak itu, mereka bertambah dengan negara-negara regional lain, yaitu Vietnam, Laos, Kamboja, Brunei, dan Myanmar.

Masa lalu yang bergejolak

Timor-Leste adalah negara termuda di Asia, meraih kemerdekaan pada tanggal 20 Mei 2002. Bagian timur pulau Timor dijajah oleh Portugis di abad ke-16. Wilayah itu tetap di bawah pemerintahan Portugis, kecuali saat diduduki Jepang sebentar pada Perang Dunia Kedua, sampai tahun 1975, saat pemerintah Portugis sayap kiri berjanji akan menarik diri dari semua koloninya.

Indonesia menginvasi Timor-Leste hanya satu minggu setelah Portugis pergi, menyebabkan pendudukan hampir seperempat abad yang ditandai dengan pelanggaran hak asasi manusia yang parah.

MEMBACA  Bagaimana Yayasan Gates dengan diam-diam mengubah pendidikan di Amerika: Dari kelas aljabar hingga sekolah-sekolah yang lebih kecil

Pada tahun 1999, penduduk Timor-Leste memilih untuk merdeka dengan suara terbanyak dalam referendum yang didukung PBB. Pemungutan suara diadakan atas permintaan presiden Indonesia saat itu, B. J. Habibie, yang mengizinkan rakyatnya memilih antara kemerdekaan atau otonomi lebih besar dalam Indonesia. Beberapa tahun kemudian, di tahun 2002, Timor-Leste menjadi negara berdaulat baru pertama di abad ke-21.

Dalam 23 tahun sejak kemerdekaannya, Timor-Leste telah membuat kemajuan besar dalam membangun negara, memperluas infrastruktur penting seperti jalan, bandara, dan akses internet. Negara itu juga telah memberantas penyakit tropis seperti malaria yang dulu sering terjadi.

Tapi banyak dari perkembangan Timor-Leste bisa dikatakan karena ketergantungannya pada pendapatan minyak dan gas, yang kadang-kadang menyumbang lebih dari 90% dari PDB negara itu. Pada tahun 2024, PDB negara itu sekitar $2 miliar, menjadikannya ekonomi terkecil di ASEAN. (Ekonomi terkecil berikutnya, Laos, memiliki PDB sekitar $16,5 miliar).

Sumur minyak dan gas Timor-Leste sudah mulai habis, dengan produksi minyak di ladang Bayu-Undan di Laut Timor—satu-satunya ladang yang berproduksi—berhenti berproduksi pada Juni 2025.

Strategi seperti Singapura

Ada juga manfaat geopolitik dengan keanggotaan ASEAN. Timor-Leste sekarang punya akses ke mekanisme keamanan dan ekonomi yang dipimpin ASEAN, dan negara itu sekarang bisa memanfaatkan koalisi untuk bekerja sama dengan mitra luar seperti Cina, AS, dan Australia.

“Ini mirip dengan strategi Singapura, di mana negara kecil menggunakan blok itu untuk meningkatkan pengaruhnya,” kata Pasha L. Hsieh, seorang profesor hukum dari Singapore Management University.

Menjadi anggota ASEAN juga memberi Timor-Leste kesempatan untuk bertemu dengan pemimpin dunia yang mungkin tidak bisa mereka akses sendiri, tambah Toh dari Tsinghua. “Banyak pertemuan bilateral formal dan informal terjadi di sela-sela KTT seperti KTT ASEAN, jadi Timor-Leste bisa gunakan kesempatan itu untuk mengembangkan hubungan politiknya,” katanya.

MEMBACA  Alat Budaya Kolintang yang Strategis untuk Diplomasi: Menteri

Secara ekonomi, negara itu juga akan dapat untung dari tarif hampir nol persen di pasar ASEAN, yang bisa membantu mendiversifikasi industrinya.

Selain itu, Timor-Leste kemungkinan akan menjadi bagian dari Inisiatif untuk Integrasi ASEAN (IAI), kata Joanne Lin, seorang peneliti senior dari ISEAS-Yusof Ishak Institute, sebuah pusat penelitian di Singapura.

Inisiatif ini memberikan dukungan pembangunan kapasitas yang ditargetkan untuk anggota ASEAN yang lebih baru dan kurang berkembang—yaitu Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja—untuk memperkuat institusi, infrastruktur, dan modal manusia.

“Ini akan membantu Dili lebih selaras dengan standar ekonomi dan teknis ASEAN,” kata Lin.

Dan yang penting, keanggotaan ASEAN Timor-Leste adalah sebuah pengakuan atas kedaulatannya, menempatkannya setara dengan mantan penjajahnya, Indonesia, di dalam blok regional itu.

Penerimaan Timor-Leste ke ASEAN “mencerminkan kekuatan demokrasinya, yang dibangun melalui pemilihan umum rutin, transisi politik yang damai, dan masyarakat sipil yang hidup yang terus meminta pertanggungjawaban institusi,” kata Lin.