Salah satu daya tarik memulai bisnis sendiri adalah menjadi pengambil keputusan utama. Kamu tidak hanya mengendalikan karier, tapi juga memilih cara menjalankan bisnis—dari keputusan sehari-hari hingga strategi besar.
Namun, beberapa hal pasti di luar kendalimu, seperti kondisi ekonomi. Ini bisa pengaruhi kesuksesan bisnis, jadi banyak pengusaha memikirkanya. Data 2025 dari U.S. Chamber of Commerce menunjukkan 58% pemilik bisnis khawatir soal inflasi, dan 35% khawatir tentang pendapatan.
Meski kondisi ekonomi tak bisa dikontrol, banyak hal lain masih bisa. Mengurangi biaya operasional bisa bikin anggaran lebih fleksibel, membantu hadapi masa depan.
"Memiliki margin lebih besar seperti cheat code di e-commerce," kata Andrew Faris ke Shopify. Faris adalah pendiri AJF Growth, konsultan untuk brand direct-to-consumer.
Langkah pertama: pahami keuangan bisnis—pemasukan dan pengeluaran. Lalu, coba strategi ini untuk kurangi biaya dan tingkatkan margin.
Biaya akuisisi pelanggan (CAC) bisa membesar, tapi memberi produk gratis bisa tekan biaya. Leah Marcus dan Yasaman Bakhtiar, pendiri merek acar Good Girl Snacks, pakai cara ini untuk tumbuhkan bisnis.
Daripada bayar influencer, mereka cari konten kreator yang mungkin suka produknya, lalu kirim sampel gratis. Hasilnya bagus.
"Ini bikin banyak buzz dan penjualan, dengan CAC nol rupiah karena kita hanya bagi gratis, tak bayar siapa pun," kata Marcus di Shopify Masters.
Merek skincare Tower 28 juga kirim sampel gratis ke YouTuber beauty dengan catatan tulisan tangan.
"Dari awal, aku percaya pada sentuhan pribadi," kata Amy Liu, pendiri Tower 28. "Kami kirim paket ke banyak orang. Tidak semua dibuka, tapi beberapa iya."
Saat pandemi COVID-19, Liu bagi sampel SOS Daily Rescue spray ke pekerja medis untuk atasi maskne. Mereka yang pakai unggah foto sebelum-sesudah, dan Liu repost di akun merek. Social proof ini bantu Tower 28 jadi merek bernilai jutaan dolar.
AI bisa hemat waktu bisnismu di tugas seperti entri data, buat konten, atau analisis feedback pelanggan. Julianne Fraser, pendiri Dialogue New York, buat sistem otomatis untuk efisiensi.
"Kami tak mau ubah pendekatan manusia ke manusia dalam pitching dan negosiasi, tapi proses eksekusi kampanye bisa otomatis," katanya. Ini bantu timnya kelola 4x lebih banyak kampanye tanpa tambah karyawan.
Harga supplier bisa dinegosiasi. Bandingkan harga, minta diskon, dan perbarui kontrak untuk tekan biaya. Will Nitze, pendiri IQBAR, nego harga lebih baik saat produksi naik 10x.
"Kamu bisa bilang ke pabrik, ‘Sekarang produksi 10x lebih banyak, turunkan biaya per unit dari X ke Y’," katanya.
Dia juga alihkan supply chain ke operasi in-house saat pandemi, yang meningkatkan margin. Tapi, ini juga tambah beban admin.
Bisnis tak butuh banyak karyawan. Tim kecil bisa hemat biaya untuk pengembangan produk dan pemasaran. Danny Buck, pendiri CRAFTD London, hanya punya 15 karyawan remote dari seluruh dunia.
"Kami kecil tapi kuat. Tak perlu 100 orang untuk berkembang," katanya.
Brad Charron, CEO Aloha, harus pecat 70 karyawan saat perusahaan hampir bangkrut. Sekarang, Aloha sukses dengan tim 20 orang.
Iklan digital mahal. Leon Hughes dari Piper menyarankan untuk pastikan produk laku dulu sebelum beli iklan.
"Datang ke event, jual produk, pastikan orang mau beli lagi," katanya.
Saat siap beriklan, Faris sarankan pakai manual bid untuk ROI terbaik.
"Jangan kasih Meta anggaran penuh. Kasih target ROAS, biar mereka sesuaikan pengeluaran," jelasnya.
Cerita ini dibuat oleh Shopify dan didistribusikan oleh Stacker.