Hari Thanksgiving sudah datang dan liburan musim dingin akan segera tiba. Minggu ini adalah awal bulan tersibuk untuk orang Amerika yang suka bepergian. Kalau kamu akan naik pesawat, mungkin kamu perlu dengerin saran dari seorang dokter yang sudah bertahun-tahun jaga kesehatan atlit top dunia.
Dr. Jonathan Finnoff adalah kepala petugas medis untuk Komite Olimpiade dan Paralimpiade Amerika Serikat. Dia yang atur strategi untuk kesehatan fisik dan mental atlit Team USA, baik saat latihan maupun tidak. Dia pernah dinobatkan sebagai Editor Bagian Paling Berharga oleh *Current Sports Medicine Reports* di tahun 2019. Dia juga pernah jadi direktur medis di Mayo Clinic Sports Medicine Center di Minneapolis, dokter tim untuk Minnesota Timberwolves (NBA) dan Lynx (WNBA), dan menemani Team USA ke beberapa Olimpiade. Dia sendiri juga seorang atlit—seorang pesepeda gunung yang hebat.
Dalam wawancara dengan The Wall Street Journal yang terbit awal bulan ini, dan video TikTok yang diposting hari Senin, Finnoff bagi empat cara penting supaya kamu tidak tertular penyakit selama penerbangan.
**Pilih Kursi yang Tepat**
Pemilihan kursi itu penting—bukan cuma supaya bisa keluar masuk pesawat lebih cepat, tapi juga untuk jaga kesehatan kamu.
Finnoff bilang, kalau kamu mau hindari kuman, pilihlah kursi dekat jendela, dan cari yang di tengah pesawat. Ini memastikan kamu jauh dari area yang ramai di pesawat, seperti pintu masuk dan kamar kecil.
Penelitian mendukung saran Finnoff. Sebuah studi tahun 2018 oleh peneliti dari Emory University dan Georgia Tech menemukan bahwa duduk di kursi jendela—dan tetap duduk selama penerbangan—adalah cara terbaik untuk tidak tertular penyakit dari penumpang lain.
Studi itu melacak pergerakan penumpang di kabin ekonomi dan menemukan bahwa penumpang di kursi jendela jauh lebih jarang berdiri, hanya sekitar 40% yang berdiri dibandingkan dengan 80% penumpang di kursi lorong. Penumpang kursi jendela juga rata-rata hanya 12 kontak dengan penumpang lain per penerbangan, dibandingkan dengan 64 kontak untuk penumpang kursi lorong.
**Bersihkan Beberapa Area Tertentu**
Kalau Naomi Campbell melakukannya, mungkin kamu juga harus. Kita tidak bicara tentang jalan di *runway*, tapi bawa tisu pembersih ke dalam pesawat. Finnoff menyarankan untuk membersihkan area yang mungkin kamu sentuh: sabuk pengaman, sandaran tangan, *nozzle* udara, dan bahkan pintu kamar kecil.
Tapi permukaan paling penting yang harus dibersihkan? *Tray table* atau meja makan.
Menurut studi tahun 2015 oleh TravelMath, *tray table* mengandung 2.155 unit bakteri per inci persegi—lebih dari delapan kali lipat bakteri yang ditemukan pada tombol flush toilet, yang hanya 265 unit.
Sebagai perbandingan, dudukan toilet di rumah biasanya punya sekitar 172 unit bakteri per inci persegi.
Perbedaan ini ada sebagian karena kru pesawat punya waktu terbatas antar penerbangan untuk membersihkan dengan teliti, sementara kamar kecil dibersihkan lebih sering.
**Setiap Kursi Punya *Air Nozzle*. Pakailah.**
Finnoff menyebut khusus tentang ventilasi udara di atas. Yang harus kamu lakukan adalah arahkan *nozzle* udara antara kamu dan orang di sebelah untuk buat penghalang bagi kuman.
Walaupun penelitian tentang apakah *air vent* pribadi benar-benar mengurangi risiko penularan menunjukkan hasil yang beragam—dengan otoritas kesehatan Eropa dan Amerika memberikan arahan yang berbeda—beberapa ahli percaya turbulensi yang tercipta di ruang udara pribadi kamu mungkin bisa bantu cegah partikel jatuh ke kamu.
Sebagian besar kabin pesawat modern sudah menggunakan filter HEPA tingkat rumah sakit yang menghilangkan 99,97% partikel, termasuk bakteri dan virus, dengan udara diperbarui 20 sampai 30 kali per jam.
**Ilmu tentang Tidur**
Tidur. Ya, tidur. Itu bukan cuma enak untuk menutup diri dari dunia—dan dari penumpang lain yang mungkin menyebalkan—tapi juga meningkatkan sistem imun tubuh. Seperti yang dikatakan kebanyakan penelitian, Finnoff bilang traveler butuh tujuh sampai delapan jam tidur nyenyak setiap malam untuk bantu cegah sakit.
Sebuah studi yang diterbitkan di *Journal of Experimental Medicine* menemukan bahwa tidur mengubah struktur DNA di dalam sel induk kekebalan tubuh, dan konsisten tidur kurang dari tujuh jam bisa tingkatkan peradangan dan kerentanan terhadap penyakit. Menurut Yale Medicine, mereka yang kronis tidur kurang dari tujuh jam punya kemungkinan tiga kali lebih besar untuk kena flu biasa dibandingkan mereka yang rutin tidur delapan jam atau lebih.