Zona eksklusi lima kilometer diberlakukan setelah Gunung Semeru meletus

Jakarta (ANTARA) – Para wisatawan dan penduduk lokal diimbau untuk tetap berada di luar radius lima kilometer dari Gunung Semeru setelah gunung tertinggi di Jawa, yang terletak di Lumajang dan Malang, Jawa Timur, meletus pada hari Rabu.

“Letusan terjadi pada pukul 6:19 pagi Waktu Indonesia Barat (WIB). Kolom abu vulkanik yang diamati berwarna putih hingga abu-abu, tebal intensitasnya, dan bergerak ke arah barat,” informasi dari petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Sigit Rian Alfian, dalam sebuah pernyataan yang diterima di Jakarta.

Ia mengatakan bahwa letusan tersebut tercatat pada seismograf, dengan amplitudo maksimum 22 milimeter dan durasi 125 detik. Kolom abu vulkanik setinggi 900 meter teramati di atas puncak Gunung Semeru.

Ia meminta masyarakat untuk tidak melakukan aktivitas di sektor tenggara gunung, sepanjang Besuk Kobokan, 13 kilometer dari pusat letusan.

Masyarakat juga diminta untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 500 meter dari tepian sungai sepanjang Besuk Kobokan karena potensi awan panas dan lahar vulkanik hingga 17 kilometer dari puncak gunung.

Alfian juga meminta masyarakat untuk menghindari melakukan aktivitas dalam radius lima kilometer dari puncak Gunung Semeru karena bahaya batu yang terlempar.

Masyarakat juga diimbau untuk tetap waspada terhadap awan panas, lava, dan lahar vulkanik di lembah dan sungai hilir Gunung Semeru, yaitu sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat, serta potensi lahar di anak sungai Besuk Kobokan.

Pada hari Rabu, Pos Pengamatan Gunung Semeru mencatat 77 gempa letusan, tujuh gempa longsor, 18 gempa hembusan, dua gempa harmonik, dan empat gempa tektonik jauh.

Antara tengah malam dan pukul 6 pagi WIB pada Rabu pagi, Gunung Semeru mengalami 28 gempa letusan, satu gempa longsor, enam gempa hembusan, dan tiga gempa harmonik.

MEMBACA  Poland Mencari Cangkang Kelapa Sawit di Kalimantan Barat sebagai Sumber Energi Terbarukan

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengatakan bahwa Gunung Semeru saat ini tidak dalam kondisi normal, sehingga ada kemungkinan terjadi pelepasan material letusan, longsor lava bercahaya, awan panas, dan banjir lahar.

PVMBG secara visual dan instrumental memantau Gunung Semeru dari dua pos pengamatan di desa Sumber Wuluh, kecamatan Candipuro, Lumajang, dan desa Argosuko, kecamatan Ampelgading, Malang.

Penerjemah: Sugiharto P, Yuni Arisandy
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Hak Cipta © ANTARA 2024