Jakarta, VIVA – Kekhawatiran bahwa kecerdasan buatan (AI) akan menghilangkan pekerjaan manusia bukanlah hal baru. Sejak komputer pertama kali muncul, isu ini sudah mengganggu para pekerja.
Baca Juga:
Laba Induk Usaha Google Tembus Langit! AI dan Cloud Jadi Mesin Uang Baru
Namun, dalam setahun terakhir, kekhawatiran ini terasa lebih nyata. AI berkembang sangat cepat dan mulai menggantikan tugas yang dulunya hanya bisa dilakukan manusia, terutama di sektor kantoran.
CEO Anthropic, Dario Amodei, bahkan memperingatkan bahwa AI bisa meningkatkan pengangguran hingga 20% dalam 1-5 tahun ke depan, khususnya pekerjaan kerah putih. Perusahaan besar seperti Meta, Microsoft, dan Salesforce sudah mulai pakai AI untuk pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia, termasuk pemrograman.
Baca Juga:
Terungkap! Ini Daftar Gaji Karyawan Microsoft, Ada yang Sampai Rp5 Miliar!
CEO Amazon dan JPMorgan juga bilang tenaga kerja manusia bakal berkurang seiring penggunaan AI. Tapi, apakah ini bener-bener akan terjadi? Simak berbagai pendapat berikut:
1. AI Bisa Jadi Alasan Praktis buat PHK
Meski khawatir soal AI wajar, beberapa orang berpikir ini bisa dipakai perusahaan buat memotong karyawan. “AI sangat hebat, jadi akan gantikan manusia” terdengar seperti alasan mudah bagi eksekutif yang memang ingin PHK.
2. Para Tokoh Teknologi Masih Terpecah
CEO Nvidia, Jensen Huang, bilang AI cuma akan hapus pekerjaan kalo dunia kehabisan ide. Sementara CEO Google DeepMind, Demis Hassabis, anggap ancaman "jobpocalypse" bukan masalah besar.
3. AI Sudah Gantikan Ribuan Pekerjaan
Banyak perusahaan teknologi sudah memangkas ribuan pekerjaan tahun ini. Alasannya? AI sekarang bisa urus tugas seperti pengembangan software.
4. Perubahan Dunia Kerja Tidak Bisa Dihindari
Banyak pakar setuju kalau jenis pekerjaan akan berubah. Cara kerja, peran manusia, dan jenis pekerjaan bakal berubah lebih cepat dari teknologi sebelumnya.
5. Masyarakat Juga Khawatir
Survei Pew Research Center tunjukkan lebih dari setengah orang Amerika takut dampak AI di pekerjaan. Sepertiganya percaya AI bakal kurangi kesempatan kerja.
6. Bakal Ada Perombakan, Bukan Penghapusan Total
Menurut Gaurab Bansal dari Responsible Innovation Labs, akan ada pergeseran peran, bukan cuma hilangnya pekerjaan. “Ini lebih ke perombakan kompleks,” katanya.
7. Munculnya ‘Agentic AI’
AI sekarang bisa selesaikan tugas kompleks sendiri, seperti bikin website atau presentasi. Swami Sivasubramanian dari AWS bilang, AI bisa pecah tujuan jadi langkah-langkah untuk mencapainya.
Contohnya, Amazon berhasil update 30.000 aplikasi dalam 6 bulan—biasanya butuh 4.500 developer setahun. Ini hemat sekitar $250 juta.
8. Perusahaan Teknologi Sudah Banyak Pakai AI
20-30% kode Microsoft sekarang dibuat AI. Meta menargetkan 50% pengembangannya pakai AI tahun depan. Salesforce klaim AI sudah urus 30-50% pekerjaan mereka.
9. Lebih Mudah Dipakai daripada Teknologi Lama
Steven Adler, mantan peneliti OpenAI, bilang AI lebih gampang diadopsi. “Hanya software, gak butuh mesin fisik mahal,” ujarnya.
10. AI Lebih Banyak Mengubah daripada Menghilangkan
Yann LeCun dari Meta bilang, kebanyakan tugas gak bisa sepenuhnya diotomatisasi. AI cuma cocok untuk sebagian kecil pekerjaan. Misalnya, dokter bisa pakai AI untuk catat rekam medis, jadi lebih banyak waktu bicara dengan pasien.
11. Pelatihan SDM Jadi Kunci
Pemerintah dan perusahaan mulai investasi di pelatihan AI. Misalnya, New York punya akademi AI untuk guru, dan Gedung Putih ajak 68 perusahaan untuk latih tenaga kerja masa depan.
12. AI Ciptakan Pekerjaan Baru, Meski Ada yang Hilang
Dan Priest dari PwC bilang, seperti era internet, AI bakal bikin pekerjaan baru yang belum terbayang. “Secara keselurhan, harusnya ada pertumbuhan positif, cuma dalam bentuk berbeda.”
Halaman Selanjutnya:
2. Para Tokoh Teknologi Masih Terpecah