Jakarta (ANTARA) – Vatikan mengumumkan kabar duka atas meninggalnya pemimpin Gereja Katolik, Paus Fransiskus, pada 21 April. Paus Fransiskus menghembuskan napas terakhirnya pada usia 88 tahun di kediamannya pukul 7:35 pagi waktu Vatikan.
Dalam sertifikat kematian, dokter Vatikan Andrea Arcangeli menunjukkan bahwa penyebab kematian adalah stroke, diikuti oleh koma dan kegagalan jantung. Menurut Vatikan, kematian Paus Fransiskus dikonfirmasi melalui tanatografi elektrokardiografis, merujuk pada sertifikasi resmi oleh Arcangeli kepada Direktorat Kesehatan dan Kebersihan Kota Vatikan.
Sebelumnya, pada awal Februari 2025, Paus dirawat di Rumah Sakit Gemelli setelah menderita bronkitis selama beberapa hari. Kondisinya dilaporkan memburuk, dan pada 18 Februari, Paus didiagnosis menderita pneumonia ganda. Kepala negara Vatikan kembali ke kediamannya setelah 38 hari dirawat di rumah sakit.
Duka atas kematian Paus tidak hanya dirasakan oleh umat Katolik tetapi juga oleh orang-orang dari berbagai agama. Kematian Paus Fransiskus, yang terkenal karena kasih sayang, kerendahan hati, dan kehangatan terhadap anak-anak, telah membangkitkan duka mendalam di seluruh dunia, termasuk kesedihan mendalam di Indonesia.
Momen-momen indah bersama Paus masih segar dalam ingatan masyarakat Indonesia, terutama karena pemimpin Vatikan tersebut baru mengunjungi Indonesia pada bulan September yang lalu. Masyarakat Indonesia juga menyampaikan belasungkawa mereka sambil mengenang Paus Fransiskus, yang lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio.
Sebagai penghormatan, Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta mengadakan open house bagi warga untuk menyampaikan belasungkawa atas wafatnya Paus Fransiskus. Para hadirin dapat menandatangani buku tamu belasungkawa dengan pesan atau harapan. Setelah menyapa Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Monsignor (Mgr) Piero Pioppo, dan beberapa staf lainnya, para hadirin juga diberikan foto Paus Fransiskus sebagai kenang-kenangan.
Suara doa dari berbagai elemen masyarakat Indonesia membuktikan bahwa pria yang lahir pada 17 Desember 1936 di Buenos Aires, Argentina, ini dicintai oleh banyak orang. Elia, seorang warga Jakarta yang menghadiri Misa di Kedutaan Besar Vatikan, menyatakan bahwa meninggalnya Paus telah membawa duka yang mendalam.
“Paus menginginkan kita hidup dalam damai, bukan dalam kemewahan, untuk hidup sederhana dan saling mencintai. Itulah pesan Paus kepada seluruh umat di dunia,” katanya. Elia mengatakan dia bersyukur bisa menghadiri Misa pagi di Kedutaan Besar Vatikan untuk mendoakan Paus Fransiskus, meskipun tidak mengetahui acara tersebut, dan hanya dipandu oleh intuisinya untuk datang ke kedutaan.
Misa dimulai sekitar pukul 7 pagi waktu setempat dan diselenggarakan dengan khidmat untuk mendoakan Paus Fransiskus. Elia membagikan pengalamannya bertemu dengan Paus.
“Saya telah ke Vatikan tiga kali tapi tidak pernah bertemu Paus. Sebaliknya, saat dia mengunjungi Indonesia, saya melihatnya di depan Gereja Katedral dan mendapat Rosario,” kenangnya. Wanita berusia 65 tahun tersebut memandang Paus sebagai seorang ayah yang rendah hati yang membawa damai dan mencintai umat manusia. Hal ini juga tercermin dalam seruannya untuk gencatan senjata di Gaza.
“Beliau penuh kasih sayang kepada umat manusia,” katanya. Agnes, seorang warga Depok, Jawa Barat, juga berbagi momen dengan Paus. Dia pernah melihatnya secara langsung saat mengunjungi Indonesia, dan ia bahkan bercerita tentang tinggal di pos polisi di Balai Kota untuk melihatnya.
Paus bukan hanya figur ayah tetapi juga panutan, teman, dan sahabat baginya. Agnes mengatakan kunjungannya ke Kedutaan Besar Vatikan adalah untuk meratapi kepergian Paus.
Suster Lita Hasanah, dari Ursula, Bandung, Jawa Barat, juga menyampaikan belasungkawa. “Kami, Suster Ursulin, sangat sedih atas meninggalnya Bapa Paus Fransiskus. Semoga dia beristirahat dalam damai,” ujarnya. Menurut Lita, Suster Ursulin sangat menghargai contoh yang diberikan oleh Paus Fransiskus selama kepemimpinannya atas Gereja Katolik di seluruh dunia.
Lita melihat Paus sebagai sosok yang sederhana yang memperhatikan tidak hanya kelompok-kelompok tertentu tetapi semua orang. Lita mengatakan dia mengagumi prinsip kesederhanaan Paus.
Seorang warga Jakarta lainnya, Lia, seorang Muslim, juga datang ke Kedutaan Besar Vatikan untuk menyampaikan belasungkawa dan doanya atas wafatnya Paus Fransiskus. Lia melihat Paus sebagai simbol persahabatan di antara berbagai agama. Lia mengatakan dia terkesan dengan seruannya untuk gencatan senjata di Gaza.
Paus Fransiskus adalah kepala ke-266 Gereja Katolik dan pemimpin Negara Kota Vatikan dari tahun 2013 sampai ia meninggal pada tahun 2025. Dalam pidato Paskah terakhirnya pada 20 April 2025, Paus meminta untuk mengakhiri konflik yang terjadi di dunia.
Misa pemakaman Paus Fransiskus akan diselenggarakan di Lapangan Santo Petrus pada hari Sabtu, 26 April, pukul 10 pagi waktu setempat. Jenazah Paus Fransiskus akan dibawa ke Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, Italia, di mana dia akan dimakamkan sesuai dengan keinginannya.
Berita terkait: Prabowo akan mengirim utusan untuk pemakaman Paus Fransiskus
Berita terkait: Menteri Luar Negeri Sugiono memberikan penghormatan kepada almarhum Paus Fransiskus
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025