Jakarta (ANTARA) – Wakil Presiden (Wapres) Indonesia Gibran Rakabuming Raka menekankan bahwa greenflation atau inflasi yang dipicu oleh transisi energi hijau merupakan tantangan global yang tidak boleh dianggap remeh.
Pada acara Green Impact Festival di Jakarta hari Kamis, dengan hadirnya anak muda dan aktivis lingkungan, Raka menyoroti pentingnya memahami risiko transisi energi untuk mencegah dampak negatif bagi masyarakat kecil dan industri lokal.
"Mari kita lihat slide greenflation ini; ini jadi topik hangat di debat pilpres. Ada yang bingung, ada yang meremehkan, bahkan ada yang bilang tidak penting. Padahal ini sangat penting, setuju kan?" ujarnya sambil mengingat masa saat dia menjadi salah satu kandidat yang secara tegas mengangkat isu greenflation dalam debat wapres.
Wapres mencatat banyak negara maju saat ini menghadapi tekanan ekonomi karena transisi energi yang terburu-buru. Langkah gegabah itu memicu gejolak sosial seiring melonjaknya harga bahan bakar, listrik, dan gas secara drastis.
Berita terkait: Indonesia targetkan peluncuran B50 pada 2026
"Kalau kita lihat negara-negara besar, mungkin mereka terlalu ambisius, terlalu bersemangat, sehingga inflasi terjadi karena transisi ke energi hijau terlalu cepat," jelasnya.
Raka menyatakan Indonesia harus menghindari kesalahan yang sama. Pemerintah harus terus mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam menyusun kebijakan energi hijau agar tidak membebani kelas bawah.
"Makanya ke depannya, kita harus hati-hati jangan sampai masyarakat kecil atau industri kecil terdampak hal seperti ini. Contohnya, di negara yang tak perlu disebut namanya, ada demo karena kenaikan pajak BBM, pajak gas, atau listrik; kita tidak mau itu terjadi di sini," tegasnya.
Lebih lanjut, dia menekankan bahwa arah kebijakan pembangunan ke depan, termasuk program transisi energi, harus selaras dengan prinsip berkelanjutan lingkungan, sosial, dan ekonomi.
"Presiden selalu menyampaikan pesan bahwa setiap visi, misi, dan program harus dijalankan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan keberlanjutan," ungkapnya.
Dia menjelaskan Indonesia telah mengambil banyak langkah nyata dalam mengembangkan energi hijau, dimulai dari program biodiesel 35 persen (B35), meningkat ke B40, dan menargetkan B50, plus mengembangkan bioavtur dari minyak jelantah serta membangun PLTS terapung di Cirata, Jawa Barat, yang terbesar di Asia Tenggara.
Berita terkait: Indonesia berkomitmen kurangi impor BBM
Penerjemah: Andi Firdaus, Mentari Dwi Gayati, Martha Herlinawa
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2025