Wakil Menteri Tiko Beberkan Kendala Utama Kredit Rumah MBR, BTN Kembangkan Skema Pemotongan Angsuran KPR

Kamis, 28 Agustus 2025 – 01:26 WIB

Jakarta, VIVA – Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo bilang, tantangan utama untuk optimalkan serapan sektor perumahan saat ini adalah nominal angsuran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dianggap terlalu tinggi.

Karenanya menurut Tiko, panggilan akrab Kartika, perlu ada inovasi produk dan juga skema pembiayaan yang lebih murah untuk bisa tekan beban angsuran konsumen. Dengan begitu, permintaan masyarakat untuk beli rumah bisa naik.

“Intinya kan buat pembeli rumah, yang penting itu cicilannya. Jadi kita memang lagi berinovasi dengan produk supaya dengan tenor lebih panjang, cicilannya bisa jadi cuma Rp1 juta,” ungkap dia di Samesta Pasadana di Kabupaten Bandung, Rabu, 27 Agustus 2025, dikutip dari keterangannya.

Dia juga menegaskan, Kementerian BUMN siap dukung PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) untuk siapkan aturan dan strategi agar kinerja KPR untuk masyarakat menengah dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) bisa lebih baik lagi. Soalnya, kalau angsuran rumah lebih dari rata-rata 30 persen penghasilan masyarakat menengah ke bawah, maka akan sulit untuk realisasikan hal ini.

“Karena kan kita tahu, kalau dari daya beli, misalnya orang punya penghasilan Rp5 juta, [perhitungan] bank itu kan maksimum 30 persen (penghasilan untuk cicilan), jadi Rp1,5 juta. Artinya, kalau mau jangkau orang dengan penghasilan Rp4 juta, ya tenornya harus diperpanjang,” jelasnya.

Jadi, dua sisi yaitu efisiensi harga rumah dan juga pembiayaan harus lebih disesuaikan dengan profil nasabah saat ini.

“Supply-nya kita coba buat rumahnya seefisien mungkin supaya harganya pas, tapi juga dari sisi pembiayaan kita buat supaya lebih panjang dengan perhitungan baik melalui FLPP maupun subsidi bunga,” jelasnya.

MEMBACA  Sasaran Sekolah Garuda Indonesia: Kepemimpinan, Akses, Keunggulan

Sementara itu, dia juga pastikan bahwa secara perlahan harga rumah subsidi akan disesuaikan dengan perumahan untuk masyarakat berpenghasilan menengah agar kesenjangannya tidak terlalu jauh.

“Yang kita harap kan, nanti pelan-pelan harga subsidi ini juga harus naik pelan-pelan. Soalnya yang subsidi sekarang Rp166 juta. Itu kita lagi usulkan juga supaya ada penyesuaian karena secara nilai material, bahan baku, dan segala macam sudah tidak memadai,” jelasnya.

Merespons hal tersebut, Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu mengatakan, pihaknya saat ini sedang berupaya untuk mendongkrak dari sisi permintaan untuk KPR dengan skema menurunkan angsuran per bulan, namun dengan menyesuaikan kembali tenor angsuran.

“Tenornya kita panjangin, 20-30 tahun).