Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie mendorong pengembangan universitas riset untuk mempercepat inovasi nasional dan mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis sains di Indonesia.
Berbicara pada Antara Business Forum (ABF) di Jakarta, Rabu, dia mengatakan bahwa negara-negara dengan perkembangan pesat lebih fokus pada model universitas riset dibanding institusi yang berorientasi pengajaran.
Dia menekankan bahwa penguatan inovasi, yang dapat dipercepat melalui adopsi bertahap model universitas riset, akan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dia mencontohkan Cina sebagai negara yang berhasil menerapkan konsep universitas riset pada 1980-an, sehingga mampu muncul sebagai pemimpin teknologi pada 2020-an.
“Kita bisa lihat posisi Cina hari ini di tahun 2025. Mereka mentransformasi universitasnya menjadi universitas riset,” ujarnya.
Christie mencatat bahwa klaster teknologi dan inovasi saat ini menyumbang 13,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (GDP) Cina.
Dia juga mengacu pada studi tahun 2016 oleh Fryman dan Balina, yang menemukan bahwa riset tidak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi sebuah bangsa. Menurut studi tersebut, riset secara langsung meningkatkan GDP sebesar 0,2 persen dalam jangka pendek dan 0,9 persen dalam jangka panjang.
“Karena itu, jika kita ingin mencapai pertumbuhan ekonomi delapan persen, kita juga harus memperhatika riset. Data jelas mendukung hal ini,” katanya.
Wakil menteri itu menekankan bahwa pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan kuantitas dan kualitas riset di dalam negeri.
Salah satu langkah yang diambil adalah menaikkan anggaran riset dari Rp1,47 triliun (US$87,9 juta) menjadi Rp3,2 triliun (US$191,3 juta).
Christie menyerukan kepada semua pemangku kepentingan terkait untuk bekerja sama memperkuat inovasi dan memajukan pertumbuhan ekonomi berbasis sains di Indonesia.