Wakil Menteri ATR Fahri Hamzah Soroti Masalah Lahan sebagai Pemicu Mahalnya Harga Properti

Jumat, 28 November 2025 – 05:36 WIB

Jakarta, VIVA – Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Fahri Hamzah, ngasih tau alasan kenapa harga rumah makin gak ramah dikantong masyarakat. Dia curiga ada dua alasan utama yang bikin rumah jadi mahal, yaitu urusan perizinan dan tanah.

Kedatangan Wamen PKP Fahri Hamzah di pameran Homelife Indonesia Series 2025 pada Rabu, 26 November 2025, tujuannya biar bisa liat langsung bahwa harga material dan bahan bangunan yang dibutuhin untuk bikin rumah sebenarnya tergolong terjangkau. Dia bahkan ngasih perkiraan, harga pasar untuk hunian seharusnya dibawah Rp 100 juta.

“Jadi aku sengaja datang buat liat harga bahan bangunan. Aku pingin buktiin bahwa harga rumah rakyat sebenernya gak mahal. (Rumah) tipe-36, tipe-40 itu sebenernya murah banget, jauh dibawah Rp 100 juta,” kata Fahri Hamzah.

Fakta yang ada dilapangan menunjukkan harga rumah sangat tinggi. Dugaan paling besarnya, kata Fahri, itu karena mahalnya harga tanah sama proses perizinan.

“Perizinan mungkin bisa kita beresin. Ini soal tanah yang penting,” tegasnya.

Dia nyorotin harga tanah yang gak pernah turun malah makin mahal dari tahun ke tahun, itu adalah dampak nyata dari inflasi. Makanya, kalo itung-itungannya masukin tanah, harga rumah pasti jadi sangat mahal.

“Ini faktor inflasi yang paling besar soalnya harganya naik terus kan. Nah kalo kita ikutin harga tanah, harga rumah rakyat jadi gak layak. Makanya harga tanahnya yang harus kita kendaliin,” tegas Fahri.

Oleh karena itu, Fahri ngerasa program penyediaan rumah murah akan lebih realistis kalo pembangunannya dilakukan di atas tanah milik negara. Dengan begitu, biaya kepemilikan bisa ditekan secara signifikan mengingat harga tanah adalah komponen utama di sektor perumahan.

MEMBACA  3 Makna Penting Marsinah sebagai Pahlawan Nasional: Pengakuan Negara hingga Inspirasi bagi Kaum Buruh

Dia juga nyorotin tanah-tanah kosong yang gak dimanfaatin secara optimal, malah cuma jadi objek perdebatan. Kalo kondisinya kayak gitu, menurut Fahri, negara harus memberatkan pemilik tanah dengan pajak yang tinggi.

“Kadang-kadang tanah kosong itu dipake buat ajang spekulasi. Ke depannya harusnya negara memberatkan. Siapa pun yang punya tanah dan gak dipake,” tegasnya.

Fahri jelasin, pemberian pungutan tinggi ke pemilik tanah kosong tujuannya biar harganya turun. Kalo tanahnya murah, itu akan ngeberi efek ganda (multiplier effect) ke harga-harga lainnya.