Selasa, 14 Oktober 2025 – 19:14 WIB
Jakarta, VIVA – Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, melaporkan bahwa pemerintah sudah menarik utang baru sebesar Rp 501,5 triliun sampai dengan bulan September 2025.
Baca Juga:
Purbaya Catat Defisit APBN Rp 371,5 Triliun Per 30 September 2025, Ini Penyebabnya
Jumlah ini setara dengan 68,6 persen dari total target yang direncanakan, yaitu Rp 731,3 triliun, seperti yang sudah diumumkan pemerintah sebelumnya.
"Realisasi pembiayaan utang saat ini adalah sebesar Rp 501,5 triliun, dari rencana sebesar Rp 731,5 triliun atau sekitar 68,6 persen dari targetnya," kata Suahasil dalam konferensi pers APBN KiTA, yang diadakan di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, pada Selasa, 14 Oktober 2025.
Baca Juga:
Satgas Pasti Hentikan Operasional Golden Eagle yang Tawarkan Jasa Hapus Utang Nasabah Bank
Sementara itu, pembiayaan dari sumber non-utang tercatat minus Rp 43,5 triliun. Ini berarti tidak ada penambahan utang baru dari pemerintah selain dari investasi di sektor-sektor tertentu.
Baca Juga:
Bukan APBN, Istana Cari Jalan Keluar Lain Bayar Utang Whoosh
Dengan begitu, Suahasil menyatakan bahwa realisasi pembiayaan secara keseluruhan hingga akhir September 2025 mencapai Rp 458 triliun. Angka ini setara dengan 69,2 persen dari outlook yang ditetapkan sebesar Rp 662 triliun.
"Pembiayaan kita bukan cuma dari utang, tapi juga ada pembiayaan non-utang. Ada yang berasal dari valuta asing, dan ada juga yang dari pembiayaan dalam rupiah," jelas Suahasil.
Wamenkeu menambahkan, Outlook Lapsem memproyeksikan defisit APBN sebesar 2,78 persen terhadap PDB. Defisit ini akan ditutup dengan pembiayaan utang sebesar Rp 731,5 triliun.
Pemenuhan pembiayaan utang berjalan sesuai rencana dan sudah diantisipasi dengan berbagai langkah untuk memitigasi risiko. Langkah-langkah tersebut termasuk pelaksanaan prefunding, menjaga cash buffer yang cukup, dan penerapan active cash & debt management.
Suahasil meyakini bahwa pembiayaan utang ini juga akan didukung oleh membaiknya kondisi pasar keuangan. Hal ini diharapkan dapat membantu menjaga kelancaran pemenuhan pembiayaan utang.
"Kami terus melakukan pembiayaan dengan cara yang sangat terukur untuk memitigasi risiko, serta menjalin berbagai hubungan dengan investor untuk memastikan pembiayaan utang kita tetap on-track," ujarnya.