Universitas Andalas (UNAND) di Sumatera Barat bercita-cita menjadi pusat unggulan riset dan hilirisasi gambir di Indonesia. Tanaman ekspor utama ini banyak dipakai dalam industri tanin dan pewarna global.
Rektor UNAND Efa Yonnedi menyatakan komitmennya untuk mengembangkan pusat keunggulan nasional untuk penelitian gambir. Pernyataan itu disampaikan saat acara wisata keempat universitas di Padang, Minggu.
Indonesia memasok 80–90 persen gambir dunia, yang sebagian besar berasal dari Kabupaten Limapuluh Kota dan Tanah Datar di Sumbar. Memanfaatkan peran dominan ini, UNAND memperluas upaya riset dan komersialisasi.
Para peneliti UNAND telah mengembangkan beberapa produk turunan berbasis gambir. Salah satunya adalah tinta pemilu merah-putih yang digunakan dalam pemilu 2024, dengan menyuplai sekitar satu juta botol ke TPS di seluruh Indonesia.
Inovasi lain ialah sampo anti-ketombe yang berasal dari gambir, yang sudah sampai ke pasar komersil.
UNAND kini memegang 65 paten terkait gambir, yang menunjukan kapasitas inovasi universitas dan potensi komoditas untuk pengolahan bernilai tambah.
Dalam kuliah tamu di UNAND pada 16 September, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mendorong gubernur dan pemimpin daerah untuk mempercepat hilirisasi gambir guna menstabilkan harga, yang sering fluktuasi di pasar internasional.
Kementan berencana membangun pabrik pengolahan di Sumbar untuk meningkatkan nilai tambah gambir mentah dan mendukung petani lokal.
Ini merupakan langkah konkret untuk memperkuat sektor hilir dan meningkatkan kehidupan petani, ujar Menteri Sulaiman.
Ia juga mendorong gubernur dan pejabat Kabupaten Limapuluh Kota untuk mengunjungi China guna mempelajari teknologi pengolahan kelas dunia yang dapat diterapkan di Indonesia.
Upaya UNAND sejalan dengan visi “kampus berdampak” yang berfokus pada riset yang bermanfaat bagi masyarakat lokal dan memperkuat ekonomi nasional melalui inovasi.