Universitas Amikom Yogyakarta mengatakan akan menyelidiki kematian mahasiswa mereka, Rheza Sendy Pratama, yang meninggal pada hari Minggu setelah dirawat di RSUP Dr. Sardjito usai sebuah protes di kota itu.
Forum Badan Eksekutif Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyatakan di Instagram bahwa Rheza telah mengikuti demonstrasi pada hari itu juga.
“Kami belum tahu keadaanya. Tidak bisa mengkonfirmasi apapun sebelum penyelidikan dilakukan. Kami baru terima informasinya siang ini,” ujar Ahmad Fauzi, Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan Amikom.
Alfito Afriansyah, ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) universitas, juga menyatakan ketidakpastian yang sama, menyebutkan kronologi lengkap aktivitas Rheza masih belum jelas.
“Seperti yang dikatakan Wakil Rektor, kami belum menyelesaikan penyelidikan. Kami masih belum tau apa yang sebenarnya terjadi,” kata Alfito.
Mengenai dugaan partisipasi Rheza dalam demonstrasi, BEM menyatakan masih mengumpulkan informasi.
“Kami terus mengumpulkan data dan berharap bisa mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kejadiannya,” tambah Alfito.
RSUP Dr. Sardjito mengkonfirmasi bahwa Rheza dirawat sebelum meninggal, tetapi tidak menyebutkan apakah itu terkait dengan protes.
“Iya, pasien dirawat di sini, tapi kami tidak bisa memastikan apakah karena demonstrasi,” kata Banu Hermawan, Manager Hukum dan Hubungan Masyarakat rumah sakit.
Hingga laporan ini dibuat, Kepolisian Daerah DIY belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai penyebab kematian atau kaitannya dengan demonstrasi.
Sebelumnya, Juru Bicara Kepolisian Daerah DIY Komisaris Ihsan melaporkan bahwa para demonstran menyerang markas polisi dari Sabtu malam hingga Minggu dini hari.
Sekitar 50 orang melemparkan batu, petasan, dan molotov sekitar pukul 21.40, meningkatkan ketegangan. Bentrokan makin intens ketika warga sekitar ikut terlibat, membuat kerumunan membengkak jadi sekitar 500 orang.
Kerusuhan berlanjut hingga pukul 06.00 pagi, ketika personel TNI dan polisi membubarkan para perusuh. Pihak berwajib menahan puluhan orang, termasuk pelajar, serta menyita senjata tajam dan dua molotov.
Enam orang terluka—lima demonstran dan satu aparat.