Medan (ANTARA) – Penilai UNESCO akan mengevaluasi ulang Kaldera Toba Geopark di Sumatra Utara pada 21–25 Juli, fokus pada kepatuhannya terhadap rekomendasi untuk perbaikan manajemen.
Azizul Kholis, manajer umum Badan Pengelola Geopark Global UNESCO Kaldera Toba, mengatakan pada Selasa bahwa penilai akan mengunjungi beberapa lokasi di sekitar Danau Toba, termasuk Taman Eden 100 di desa Sionggang Utara, Kabupaten Toba.
Penilaian ini dipimpin oleh Jose Brilha dari Portugal dan Jeon Yong Mun dari Korea Selatan. Rencana perjalanan mereka mencakup geosite di Pulau Samosir dan Air Terjun Sipiso-piso di Kabupaten Karo — salah satu air terjun tertinggi di Indonesia.
Danau Toba terbentuk dari letusan gunung api super sekitar 74.000 tahun lalu, menciptakan kaldera besar yang kini terisi air, dengan Pulau Samosir di tengahnya. Kawasan ini ditetapkan sebagai Geopark Global UNESCO pada 2 Juli 2020.
Namun, dalam pertemuan Geopark Global UNESCO di Maroko pada 4–5 September 2023, Kaldera Toba mendapat "kartu kuning" — peringatan resmi karena gagal memenuhi beberapa standar manajemen utama. Beberapa geopark di China, Prancis, Italia, dan Peru juga dapat peringatan serupa. Meski tidak ada sanksi, Geopark Toba diberi waktu dua tahun untuk perbaikan.
Peringatan tersebut menyoroti rendahnya kesadaran masyarakat akan geosite, koordinasi buruk antar pemangku kepentingan, kurangnya interpretasi geologi standar, fasilitas pengunjung yang kurang memadai, serta terbatasnya penelitian dan edukasi publik terkait geologi, keanekaragaman hayati, dan warisan budaya.
"Kartu kuning ini menekan pentingnya membuat geosite lebih terlihat dan dihargai masyarakat," kata Hariyanto, deputi pengembangan destinasi dan infrastruktur Kemenparekraf.
Berita terkait: Indonesia perkuat pengelolaan Geopark Toba usai masukan UNESCO
Berita terkait: Dua situs Indonesia dapat status Geopark Global UNESCO
Reporter: Muhammad Said, Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Anton Santoso
Hak Cipta © ANTARA 2025