UNA dan ICAIRE Soroti Dampak AI pada Konten Media

Jakarta (ANTARA) – Uni Lembaga Berita OKI (UNA) dan Pusat Internasional untuk Penelitian dan Etika Kecerdasan Buatan (ICAIRE) mendiskusikan dampak artificial intelligence (AI) terhadap konten media dalam sebuah lokakarya virtual yang diadakan pada hari Rabu.

Berdasarkan pernyataan UNA yang diterima hari Kamis, acara tersebut menghadirkan lebih dari 350 jurnalis dari berbagai lembaga berita di Negara Anggota OKI serta profesional media dari institusi lainnya.

Lokakarya ini bertujuan meningkatkan kualitas produksi media serta meningkatkan kesadaran para praktisi media mengenai penggunaan etis teknologi AI.

Dengan judul “Etika Penggunaan Teknologi AI dan Dampak Hallucinations-nya terhadap Konten Media,” lokakarya mengeksplorasi etika penggunaan AI, pengembangan aplikasi AI, dan efek halusinasi AI terhadap integritas berita dan media.

Direktur Jenderal UNA, Mohammed Al-Yami, mengulangi peringatannya tentang tantangan yang semakin besar yang ditimbulkan oleh AI di lanskap media. Dia menekankan perlunya mengatasi tantangan ini dengan cara yang selaras dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang membimbing jurnalisme profesional.

Al-Yami menekankan bahwa meskipun keluaran AI mungkin terlihat otomatis, asal-usulnya sepenuhnya manusiawi – mulai dari pemrograman, penyusunan data, hingga desain algoritma.

Dia mencatat bahwa, sebagai akibatnya, sistem AI rentan terhadap bias manusia, stereotip, dan promosi agenda politik atau ideologis yang disamarkan sebagai objektivitas.

Dia menunjukan bahwa perbedaan dalam tanggapan yang dihasilkan sistem AI untuk pertanyaan yang sama, tergantung pada konteks politik atau historis, menggambarkan pentingnya mengenali bias tersebut.

Al-Yami juga menekankan pentingnya privasi data, menyerukan kepatuhan terhadap hukum nasional dan regulasi media. Dia menyoroti perlunya membedakan antara konten yang sepenuhnya diproduksi oleh manusia, konten yang dibuat dengan bantuan AI sebagian, dan konten yang dihasilkan sepenuhnya oleh AI.

MEMBACA  Dapatkan Diskon $230 untuk Anker EverFrost Portable Cooler dan Jadilah Kehidupan Pesta

Dia lebih lanjut mengungkapkan kekhawatiran tentang hak kekayaan intelektual, menjelaskan bahwa sistem AI secara otomatis menyimpan teks yang dimasukkan dan dapat menggunakannya kembali dengan cara yang melanggar perlindungan hak cipta. Dia menggambarkan ini sebagai salah satu tantangan paling serius yang dihadapi industri media.

Pada saat yang sama, Al-Yami memperingatkan agar tidak mengandalkan model AI tertentu yang mungkin menghasilkan informasi yang tidak akurat, berpotensi membahayakan kredibilitas dan keakuratan karya jurnalistik.

Direktur ICAIRE, Dr. Abdulrahman Habib, membahas etika, tantangan, manfaat, dan risiko yang terkait dengan penggunaan AI. Dia mencatat bahwa meskipun AI menawarkan keuntungan signifikan bagi sektor media, ketergantungannya pada algoritma sering kali menyebabkan bias dalam berbagai topik.

Habib mengidentifikasi bias ini sebagai salah satu masalah paling mendesak, bersama dengan manipulasi deepfake dalam gambar dan video, serta ketergantungan individu pada AI yang semakin besar, yang dapat mengurangi kreativitas manusia dan keterampilan berpikir kritis.

Dia menggambarkan halusinasi AI sebagai fenomena kompleks yang terkadang membuat pengembang mencoba memecahkan masalah terkait AI menggunakan AI itu sendiri, berpindah antar model atau sistem tanpa mencapai solusi definitif.

Habib memberikan contoh halusinasi di media, termasuk artikel palsu yang dihasilkan AI, misinformasi, dan publikasi konten yang melanggar hak kekayaan intelektual.

Dia mendorong para jurnalis untuk memahami dan mengelola AI dengan bertanggung jawab, mengingat implikasi etika dan hukumnya serta fakta bahwa sebagian besar sistem AI dibangun di atas dataset yang pada dasarnya bias.

Berita terkait: PBB serukan ruang informasi yang lebih manusiawi

Berita terkait: Pemerintah RI dorong literasi AI untuk tingkatkan kesadaran media dan publik

Reporter: Katriana
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025