Jumat, 12 September 2025 – 22:32 WIB
Jakarta, VIVA – Penggunaan mata uang lokal (local currency transaction/LCT) dalam perdagangan dan investasi bilateral antara Indonesia dan China mencapai setara US$6,23 miliar pada periode Januari hingga Juli 2025.
Baca Juga:
AHY Ungkap Investasi Giant Sea Wall Terbuka Lebar, Tak Hanya untuk China
Selain LCT, kedua negara terus memperkuat komitmen konektivitas keuangan melalui metode pembayaran digital kebanggan Indonesia, QRIS.
Angka tersebut meningkat dari nilai setara US$2,17 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian kerjasama LCT Indonesia dan China menjadi tonggak penting dalam memperingati 75 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
Baca Juga:
Di Balik Unjuk Gigi Kekuatan Militer, Xi dan Trump Hadapi Guncangan Ekonomi
Dalam pertemuan dengan Gubernur People’s Bank of China (PBoC) Pan Gongsheng di Beijing pada 11 September kemarin, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan keyakinan bahwa partisipasi pelaku usaha dan memperdalam kerjasama ekonomi kedua negara akan terus meluas.
Langkah ini mencerminkan komitmen bersama memperkuat kolaborasi bilateral dan membangun ekosistem keuangan yang lebih terhubung, aman, dan inklusif.
Baca Juga:
BI Pede LCT dan QRIS Antarnegara Perkuat Konektivitas Keuangan RI-Tiongkok
“Ke depan, Bank Indonesia akan terus bekerja sama dengan PBoC dan pemangku kepentingan untuk mendorong inovasi serta memperluas integrasi keuangan,” ujar Perry, seperti dikutip dari keterangan resminya, Jumat, 12 September 2025.
Ilustrasi uang rupiah
Photo: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Mengutip website BI, skema LCT dinilai dapat memberi manfaat nyata bagi pelaku usaha dan masyarakat.
Transaksi yang lebih efisien, biaya konversi lebih rendah, serta dukungan pada stabilitas keuangan. Komitmen penguatan LCT dengan China juga sejalan dengan capaian LCT Indonesia dengan negara mitra lainnya.
Pada periode Januari–Juli 2025, realisasi transaksi LCT Indonesia dengan Malaysia setara US$2,03 miliar, Thailand setara US$644 juta, Jepang setara US$5,08 miliar, Korea Selatan setara US$85 juta, dan Uni Emirat Arab (UEA) setara US$72 juta.
Pada kesempatan yang sama, BI dan PBoC juga melakukan uji coba terbatas (sandbox) konektivitas pembayaran QRIS antarnegara Indonesia–China.
Inisiatif ini merupakan tindak lanjut komitmen kedua bank sentral untuk memperkuat konektivitas pembayaran lintas batas.
Uji coba menandai kemajuan teknologi sekaligus mendorong inklusi, keterjangkauan, dan akses yang lebih luas terhadap layanan keuangan.
Kegiatan ini melibatkan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) bersama mitra industri pembayaran dari China, yaitu UnionPay International.
Pelaksanaan inisiatif LCT dan QRIS antarnegara Indonesia–China mencerminkan sinergi erat kedua bank sentral, asosiasi sistem pembayaran, serta lembaga keuangan kedua negara.
Inisiatif ini tidak hanya memperkuat hubungan ekonomi bilateral tetapi juga mendukung terbentuknya ekosistem keuangan digital yang tangguh, inklusif, dan berdaya saing di kawasan.
Gubernur Pan menambahkan bahwa kedua negara memiliki tanggung jawab bersama dalam menghadapi dinamika global saat ini.
“Jadi, hubungan dagang dan investasi yang telah dibangun dari fondasi kerjasama keuangan yang solid sehingga penguatan kerja sama ini menjadi sangat penting,” jelasnya.
Halaman Selanjutnya
Mengutip website BI, skema LCT dinilai dapat memberi manfaat nyata bagi pelaku usaha dan masyarakat.