Washington D.C, VIVA – Seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan listrik (EV) di jalan raya Amerika Serikat (AS), klaim kecelakaan untuk kendaraan ini juga ikut melonjak.
Baca Juga :
Bubarkan Balap Liar di Kelapa Gading, Polisi Tertabrak hingga Luka-Luka
Dilansir VIVA dari laman Carscoops pada Senin, 3 Maret 2025, berdasarkan data dari penyedia perangkat lunak manajemen kecelakaan Mitchell, jumlah klaim untuk kendaraan listrik baterai (BEV) di AS meningkat 38% pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya.
Kenaikan ini sebenarnya tidak mengejutkan, mengingat popularitas mobil listrik yang terus meningkat. Namun, data ini juga menekankan bahwa biaya perbaikan EV jauh lebih mahal dibandingkan kendaraan bermesin konvensional.
Baca Juga :
Pabrik BYD di Subang Siap Produksi Tahun Depan
Studi tersebut mengungkapkan bahwa pada 2024, EV menyumbang 2,71% dari total klaim kecelakaan di AS, naik 38% dibandingkan tahun sebelumnya.
Di Kanada, angkanya sedikit lebih tinggi, yaitu 3,84%, dengan peningkatan 34% secara tahunan. Data ini menjadi indikasi lain dari pertumbuhan pesat adopsi EV di Amerika Utara.
Baca Juga :
Bocoran Mobil Listrik Toyota yang Siap Meluncur Sebentar Lagi
Berdasarkan laporan dari Argonne National Laboratory dan Electric Autonomy, saat ini terdapat lebih dari 100 model EV yang dijual di AS dan 75 model di Kanada, dengan puluhan model baru yang akan meluncur sebelum akhir tahun.
Mobil listrik kini semakin menjadi bagian utama dari industri otomotif dan angka kecelakaannya mulai sebanding dengan kendaraan berbahan bakar bensin.
Dalam hal frekuensi total loss atau kendaraan yang dinyatakan tidak layak diperbaiki, EV mengalami peningkatan dari 8% pada 2023 menjadi 10,2% pada 2024.
Mitchell mencatat bahwa kenaikan 2% ini terjadi di semua jenis kendaraan, terutama akibat lonjakan klaim kecelakaan besar pada paruh kedua 2024.
Adapun, Tesla mendominasi daftar kendaraan listrik dengan klaim kecelakaan tertinggi.
Model Y dan Model 3 menempati posisi teratas di AS, dengan frekuensi klaim masing-masing 31,43% dan 29,86%. Secara keseluruhan, kedua model ini menyumbang lebih dari 60% dari total klaim perbaikan EV akibat tabrakan pada 2024.
Jika ditambahkan dengan Model S (5,53%) dan Model X (4,58%), total kontribusi Tesla dalam klaim kecelakaan EV mencapai 71,4%.
Satu-satunya EV non-Tesla yang masuk dalam lima besar adalah Ford Mustang Mach-E, dengan frekuensi klaim sebesar 6,37%.
Dominasi Tesla ini cukup wajar, mengingat jumlah Model Y dan Model 3 yang sangat besar di jalanan.
Semakin banyak jumlah kendaraan, semakin tinggi pula potensi kecelakaan, dan Tesla memiliki lebih banyak unit dibanding merek lain.
Studi Mitchell juga mengungkapkan bahwa rata-rata biaya perbaikan kendaraan yang mengalami tabrakan pada 2024 masih menunjukkan perbedaan signifikan antara EV dan kendaraan bermesin konvensional.
Mobil listrik tetap menjadi yang paling mahal untuk diperbaiki, dengan rata-rata klaim perbaikan sebesar US$ 6.236 (Rp97 juta) di AS, meskipun angka ini turun 3% dibandingkan 2023.
Sebagai perbandingan, kendaraan bermesin pembakaran internal (ICE) memiliki rata-rata klaim perbaikan lebih rendah, yakni US$ 5.066 (Rp79 juta).
Namun, jika hanya melihat model ICE terbaru, biaya perbaikannya mulai mendekati EV, yaitu US$ 6.127 (Rp95 juta).
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kompleksitas teknologi pada mobil bermesin bensin generasi terbaru, yang membuat biaya perbaikan semakin tinggi.
Rata-rata biaya perbaikan kendaraan yang mengalami kecelakaan pada 2024 menunjukkan perbedaan signifikan berdasarkan jenis powertrain.
Mobil listrik (BEV) tetap menjadi yang paling mahal untuk diperbaiki, dengan biaya rata-rata US$ 6.236 (sekitar Rp97 juta) di AS dan CA$ 7.241 (sekitar Rp83 juta) di Kanada.
Kendaraan konvensional memiliki rata-rata biaya perbaikan lebih rendah, yakni US$ 5.066 (sekitar Rp79 juta) di AS dan CA$ 5.576 (sekitar Rp64 juta) di Kanada.
Sementara itu, kendaraan hybrid memiliki rata-rata biaya perbaikan US$ 4.726 (Rp73 juta) di AS dan CA$ 6.104 (sekitar Rp70 juta) di Kanada, menjadikannya yang paling ekonomis dalam hal perbaikan.
Untuk plug-in hybrid (PHEV), biaya perbaikan sedikit lebih tinggi, mencapai US$ 5.583 (setara Rp87 juta) di AS dan CA$ 6.261 (Rp72 juta) di Kanada.
Menariknya, kendaraan bermesin bensin terbaru (newer ICE) memiliki biaya perbaikan yang hampir menyamai mobil listrik, dengan rata-rata US$ 6.127 (sekitar Rp95 juta) di AS dan CA$ 6.818 (Rp78 juta) di Kanada.
Lebih lanjut, Mitchell pun mencatatkan bahwa nilai kendaraan listrik mengalami penurunan lebih cepat dibandingkan jenis kendaraan lain.
Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti biaya produksi yang semakin rendah, usia kendaraan yang bertambah, serta kekhawatiran konsumen terhadap kondisi baterai, terutama untuk mobil bekas.
Sebagai akibatnya, nilai pasar rata-rata EV yang mengalami total loss pada 2024 turun drastis menjadi US$ 33.346 (Rp519 juta) di AS, merosot 22% dibandingkan tahun sebelumnya. Di Kanada, nilai ini turun 18,5% menjadi CA$ 40.203 (Rp463 juta).
Tren ini menyoroti tantangan yang dihadapi pasar kendaraan listrik, terutama terkait biaya perbaikan yang tinggi serta depresiasi nilai yang lebih cepat dibandingkan mobil berbahan bakar bensin.
Halaman Selanjutnya
Dalam hal frekuensi total loss atau kendaraan yang dinyatakan tidak layak diperbaiki, EV mengalami peningkatan dari 8% pada 2023 menjadi 10,2% pada 2024.