Ketua Komisi Tetap Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Hari Supriyadi mengungkapkan bahwa industri petrokimia sedang mengalami tekanan besar akibat tingginya produk impor. Akibatnya, industri lokal harus berjuang keras untuk tetap bersaing. Produk impor yang lebih murah membuat harga produk lokal menjadi tidak kompetitif.
Di Asia Tenggara, contohnya pabrik petrokimia dari Thailand harus tutup karena kalah bersaing dengan produk impor dari China. Hal ini membuat industri lokal berharap adanya kebijakan pemerintah yang mendukung agar tidak terlibas oleh produk impor dari China.
Industri petrokimia Korea Selatan juga menghadapi tekanan besar akibat kelebihan produksi plastik dari Tiongkok, yang mengganggu pasar domestik. Akibatnya, perusahaan seperti Lotte Chemical mulai mengurangi produksi dan mempersiapkan pembongkaran fasilitas pabrik. LG Chem Ltd. bahkan harus menghentikan operasional pabrik stirena monomer, sementara Hanwha Solutions Corp. menerbitkan obligasi untuk memperkuat keuangan.
Di dalam negeri, Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) memperkirakan bahwa industri petrokimia mengalami penurunan tingkat utilisasi pabrik hingga 50 persen. Potensi investasi senilai Rp437 triliun di sektor petrokimia juga terancam mandek akibat kekacauan pasar domestik, menambah tantangan bagi pemulihan ekonomi nasional.
Potensi investasi senilai Rp437 triliun di sektor petrokimia juga terancam mandek akibat kekacauan pasar domestik, menambah tantangan bagi pemulihan ekonomi.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News