Toba Caldera Geopark Raih Status Kartu Hijau UNESCO

Geopark Kaldera Toba resmi mempertahankan status “kartu hijaunya”, yang menegaskan keanggotaannya dalam Jaringan Global Geopark UNESCO (UGGp) untuk empat tahun ke depan.

Pengumuman ini disampaiakan saat rapat Komite Eksekutif ke-11 Konferensi Jaringan Global Geopark di Kutralkura, La Araucania, Chile, pada hari Sabtu.

Manajer Umum Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba, Azizul Kholis, pada Minggu mengungkapkan rasa syukur yang mendalam atas pencapaian ini. Ia mengatakan itu berkat usaha bersama dari semua pemangku kepentingan.

Ia secara khusus mengapresiasi Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang telah mengerahkan dukungan dari tujuh kabupaten di sekitar Danau Toba: Simalungun, Samosir, Toba, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Karo, dan Dairi.

Kartu hijau adalah peringkat tertinggi dalam Jaringan Global Geopark. Ini menandakan bahwa sebuah geopark memenuhi standar ketat UNESCO untuk pengelolaan warisan geologi, pendidikan, pembangunan berkelanjutan, dan keterlibatan masyarakat.

Setiap anggota divalidasi ulang setiap empat tahun untuk memastikan kepatuhan yang berkelanjutan.

Pencapaian ini menyusul peringatan yang diberikan sebelumnya pada September 2023, saat UNESCO memberikan “kartu kuning” kepada Geopark Kaldera Toba karena gagal memenuhi beberapa kriteria. Kartu hijau kini menegaskan bahwa kekurangan-kekurangan tersebut telah ditangani.

“Kami berharap pencapaian ini menjadi katalis untuk kolaborasi yang lebih kuat dan manfaat yang lebih nyata bagi masyarakat lokal,” kata Kholis.

Indonesia saat ini memiliki tiga Geopark Global UNESCO: Kaldera Toba, Ciletuh-Pelabuhan Ratu di Jawa Barat, dan Rinjani Lombok di Nusa Tenggara Barat. Keputusan untuk ketiganya diumumkan oleh Setsuya Nakada, ketua komite.

Pertemuan Jaringan Global Geopark dan Konferensi Internasional saat ini berlangsung dari 5–12 September 2025 di Kutralkura, Chile.

MEMBACA  Raih Pendanaan Seri A, Se'Indonesia Percepat Ekspansi Gerai ke Seluruh Nusantara