Senin, 6 Oktober 2025 – 22:47 WIB
Jakarta, VIVA – Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan Indonesia keluar dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) karena menjadi negara pengimpor minyak.
Baca Juga:
Momen SBY Nyelonong Tak Salaman dengan Kapolri di HUT TNI
"Kalau mindset-nya itu kita ini kan kaya minyak, bisa berbuat apa saja, kita masuk OPEC (The Organization of Petroleum Exporting Countries). Mindset itu, ketika kita menjadi net importer, pasti keliru," kata SBY dalam acara “Delivering Impactful Energy Transition” di Jakarta, Senin, 6 Oktober 2025.
Menurut SBY, Indonesia keluar dari OPEC terjadi di masa dia menjabat sebagai Presiden RI. Saat itu, Indonesia sudah menjadi pengimpor minyak, sehingga keanggotaan Indonesia di OPEC tidak lagi relevan.
Baca Juga:
SBY Dampingi Prabowo saat Terima Penghormatan Defile Pasukan HUT ke-80 TNI
SBY menuturkan, saat dirinya masih menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada 1999, produksi minyak Indonesia masih berada di level 1,5 juta barel per hari (bph).
Namun, produksi tersebut menurun secara bertahap hingga saat ini. "Jadi buang pemikiran bahwa kita kaya minyak, tergantung ke minyak bumi, dan sebagainya. Itu yang menghambat," ujar SBY.
Baca Juga:
ExxonMobil Pecat 2.000 Karyawan, Raksasa Minyak Dunia Lagi Hemat Besar-besaran
Oleh karena itu, ia mendukung upaya transisi energi Indonesia ke energi baru dan terbarukan. Dengan demikian, Indonesia bisa mengurangi ketergantungannya dari minyak.
"Kita harus shift betul, pindah ke yang sifatnya renewable, betul-betul renewable," kata SBY.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan produksi minyak pada bulan Juni 2025 mencapai 608,1 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD) atau mencapai 100,5 persen dari target. Adapun target pemerintah dalam APBN 2025 sebesar 605 MBOEPD.
Dikatakan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, rata-rata produksi semester I 2025 mencapai 602,4 ribu barel minyak per hari (MBOPD) atau 99,5 persen dari target. Menurutnya, sejak tahun 2008 hingga 2024 target lifting dari Kementerian ESDM tidak pernah mencapai angka yang telah ditargetkan.
"Kita lihat Januari di 599,6 sampai Juni sudah 608,1 BOPD. Target APBN 605. Ini terjadi kenapa? Banyak orang mengatakan enggak mungkin tercapai APBN," ujar Bahlil dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Semester I Tahun 2025 di Gedung Kementerian ESDM, Senin, 11 Agustus.
Sementara itu, produksi gas bumi pada bulan Juni 2025 mencapai 1.146,4 MBOEPD atau melampaui target sebesar 114 persen dari target, dengan rata-rata produksi pada semester I 2025 mencapai 1.199,7 MBOEPD.
Halaman Selanjutnya
Dengan demikian, akumulasi produksi minyak dan gas bumi pada semester I 2025 mencapai 1.754,5 MBOEPD dari target APBN 2025 sebesar 1.610 MBOEPD atau dengan rata-rata sebesar 111,9 persen di atas target. (ant)