Jakarta (ANTARA) – Deflasi yang dialami Indonesia dalam tiga bulan terakhir berturut-turut masih dikategorikan aman, dan sesuai dengan target pemerintah, menurut pejabat dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Deputi Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Ferry Irawan mencatat di sini pada hari Minggu bahwa deflasi tersebut terutama disebabkan oleh pangan yang mengalami deflasi sebesar 1,92 persen negatif bulan ke bulan (mtm) pada Juli 2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa deflasi pada Juli 2024 sebesar 0,18 persen negatif (mtm). Sementara itu, pada Mei dan Juni, deflasi masing-masing sebesar 0,03 persen negatif dan 0,08 persen negatif (mtm).
Lebih lanjut, tingkat inflasi pada Juli 2024 tercatat sebesar 2,13 persen (yoy).
Irawan menekankan bahwa hingga kuartal kedua 2024, inflasi Indonesia secara umum masih berada dalam target, meskipun upaya untuk mengendalikannya masih diperlukan.
Pengendalian inflasi dianggap perlu karena jika terlalu tinggi, akan mempengaruhi konsumen sementara jika terlalu rendah, akan mempengaruhi produsen.
Untuk tahun 2024, pemerintah telah menetapkan target untuk menjaga tingkat inflasi Indonesia pada “2,5 persen plus minus 1 persen”.
“Inflasi masih sesuai dengan target inflasi, yaitu 2,5 (persen). Namun, karena komponen pangan yang fluktuatif, kami mentoleransi plus minus 1 persen,” katanya.
Sebelumnya, Ekonom Senior di Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini di Jakarta pada Jumat (2 Agustus) menekankan perlunya memperhatikan deflasi pada Juli 2024.
Menurutnya, deflasi menunjukkan fenomena makroekonomi di mana ekonomi masyarakat tidak cukup kuat untuk membeli kebutuhan mereka.
Rachbini memperingatkan bahwa deflasi pada Juli 2024 dapat berdampak negatif pada ekonomi jika tidak ada kebijakan yang memadai untuk ekonomi makro dan riil sebagai akibat dari deflasi yang mencerminkan penurunan belanja konsumen.
Berita terkait: Indonesia mencatat deflasi pada Mei; pertama kalinya sejak Agustus 2023
Berita terkait: Harga beras mengalami deflasi pada April setelah 8 bulan berturut-turut mengalami inflasi
Translator: Bayu Saputra, Raka Adji
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2024