\”Teknologi digital dapat membantu mengurangi potensi konflik dan ketimpangan, sambil membuka peluang yang sama untuk semua, termasuk untuk komunitas yang terpinggirkan,\” kata Hafid dalam Dialog Membentuk Masa Depan Indonesia di Denpasar, Bali. Menurutnya, penggunaan teknologi digital harus didasarkan pada nilai-nilai etika, toleransi, dan kolaborasi untuk menjawab berbagai tantangan global, seperti kesenjangan digital, perubahan iklim, perjuangan mencapai kesetaraan, dan penyelesaian konflik lintas negara.
Selain itu, dia menjelaskan bahwa teknologi tidak hanya dapat digunakan sebagai sarana komunikasi, tetapi juga sebagai alat untuk menyatukan dunia. Hafid menyoroti penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang telah terbukti efektif dalam mendukung perdamaian global.
Dia menyoroti UNESCO yang menggunakan teknologi untuk menganalisis pola konflik di berbagai wilayah dan melakukan pengambilan keputusan berbasis data. Sejalan dengan prinsip Tri Hita Karana, dia mengingatkan bahwa teknologi harus melayani manusia, dan hal ini sesuai dengan pernyataan Presiden Prabowo Subianto pada KTT APEC bulan November lalu, yang menyinggung terobosan dalam teknologi yang menuntut pemimpin untuk lebih bijaksana, lebih sabar, dan lebih toleran.
\”Kekuatan teknologi dapat membawa kemajuan besar bagi kehidupan manusia, tetapi dapat dengan cepat membawa kehancuran bagi kehidupan manusia. Mari kita gunakan teknologi untuk kebaikan, menyatukan masyarakat, dan mempercepat kemajuan,\” katanya.
Berita terkait: Perusahaan teknologi tertarik untuk berinvestasi di RI: Wakil Menteri
Berita terkait: Indonesia, AS berupaya meningkatkan kerja sama teknologi digital
Berita terkait: Indonesia meningkatkan pertumbuhan UMKM melalui dukungan teknologi digital
Translator: Putri H, Kenzu
Editor: Azis Kurmala
Hak cipta © ANTARA 2024